Potensi dan Hambatan Pembangkit Tenaga Panas Bumi di Indonesia

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
8 Juli 2020, 15:24
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
123RF.com

Oleh sebab itu, pemerintah akan menyiapkan berbagai insentif agar harga energi dari panas bumi bisa kompetitif. Misalnya pembangunan infrastruktur panas bumi yang biayanya bisa dibayar kemudian oleh pemerintah. "Karena sebagian dari infrastruktur pembangunan transmisi sudah dilakukan pengembang listrik," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ali Mundakir juga pernah menjabarkan permasalahan terkait pembiayaan. Ali menggambarkan biaya untuk pengeboran untuk satu sumur eksplorasi bisa memakan dana sampai US$ 6 juta-10 juta. Secara khusus untuk pembangkit panas bumi, pembangunan infrastruktur pendukung juga perlu mendapat perhatian lebih.

Oleh sebab itu, Ali menyambut baik jika ada inisiatif dari pemerintah. Misalnya dengan melakukan pengeboran eksplorasi sehingga kalau prospek hasilnya bagus akan lebih mudah ditawarkan ke investor karena kepastiannya lebih tinggi.

Investasi terancam tertunda
Belum selesai persoalan daya beli dan pembiayaan, masalah diperparah lagi dengan pandemi Covid-19. Direktur Konservasi Kementerian ESDM Hariyanto menerangkan kalau beberapa proyek PLT EBT yang semulanya akan selesai tahun 2020 lantas mundur jadi tahun 2021.

Setidaknya ada tiga PLTP yang terdampak dan terancam mundur pengoperasiannya: PLTP Sokoria (5 MW) di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur; PLTP Rantau Dedap (90 MW) di Kabupaten Lahat, Sumatera Utara; dan PLTP Sorik Merapi (45 MW) di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. PLTP Sokoria misalnya. Pembangkit yang diharapkan beroperasi Februari 2020, diperkirakan baru akan rampung 2021 mendatang.

"Wabah covid-19 ini kan kita semua berharap ini terjadi jangka pendek. Nah, untuk proyek-proyek EBT ini kita desain proyek jangka menengah. Sehingga sampai sekarang ini belum dilakukan pergeseran secara signifikan, tapi ada kemunduran-kemunduran dari beberapa target yang terjadi, di antaranya adalah yang sedang konstruksi," ujarnya dikutip dari CNBC.

Peluang Terbuka Lebar

Terlepas dari kondisi pandemi, sebenarnya peluang investasi PLTP di Indonesia akan sangat menarik jika kendala-kendala yang ada bisa dibereskan. Prijandaru mengutarakan pembangunan pembangkit panas bumi sebagai solusi saat PLTU mulai perlahan ditinggalkan.

“Mulai tahun ini kan lembaga-lembaga pendanaan dunia memutuskan tidak mau lagi investasi di batu bara. Mereka cari EBT dan panas bumi ini bisa dipakai sebagai pengganti bahan bakar fosil untuk suplai base load,” terangnya.

Volume kapasitas yang besar dan stabilnya energi yang dihasilkan disebut Prijandaru sebagai keunggulan dari pembangkit geothermal. Selain itu pembangunan PLTP juga punya multiplier effect yang besar baik untuk masyarakat sekitar maupun pengembangan infrastruktur.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...