Bahan Bakar Fosil Menipis, ESDM Dorong Transisi Energi

Image title
21 Oktober 2020, 17:02
energi baru terbarukan, energi fosil, ebt, esdm, arifin tasrif
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mendorong transisi energi di tengah semakin menipisnya produksi bahan bakar fosil di Indonesia.

Namun, matahari akan mengalami pertumbuhan pesat. “Saya melihat tenaga surya akan menjadi raja baru pasar listrik dunia,” kata Direktur Eksekutif IEA Doktor Fatih Birol dalam siaran persnya, Selasa pekan lalu.

Harga panel surya, menurut dia, secara konsisten terus menurun, bahkan menjadi lebih murah ketimbang pembangkit listrik tenaga batu bara atau gas alam di sebagian besar negara. Proyek tenaga matahari bahkan menawarkan listrik dengan biaya terendah dibandingkan bahan bakar lainnya.

Dalam publikasi IEA berjudul World Energy Outlook 2020 menyebutkan, pertumbuhan energi terbarukan tersebut harus diimbangi dengan investasi kuat di jaringan kelistrikan. Tanpa itu, keandalan dan keamanan pasokan listrik menjadi lemah.

Bahan bakar fosil diprediksi menghadapi berbagai tantangan. Permintaan batu bara tidak dapat kembali ke tingkat sebelum krisis karena banyak negara mulai beralih ke energi bersih. Permintaan gas alam masih berpotensi tumbuh signifikan. Namun, minyak bumi tetap rentan terhadap ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19. “Era pertumbuhan permintaan minyak global akan berakhir dalam dekade mendatang,” ucap Birol.

Untuk emisi karbon, pandemi membuat angkanya berkurang 7% dibandingkan tahun sebelumnya. Tapi dunia masih jauh dari upaya mencegah perubahan iklim. Pertumbuhan ekonomi yang rendah bukanlah strategi tepat untuk menurunkan gas rumah kaca. “Ini hanya strategi yang semakin memiskinkan populasi dunia yang paling rentan,” ujar Birol.

Ia menyebut hanya perubahan struktural yang cepat dan tepat mampu menurunkan emisi karbon dunia. Investasi energi bersih harus terus didorong untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi emisi.

Sebagian besar dari upaya itu harus berfokus pada sektor industri, seperti pabrik batu bara, baja, dan semen. Hitung-hitungan IEA menunjukkan, apabila infrastruktur energi yang ada saat ini terus beroperasi dengan cara yang sama, maka suhu bumi dapat naik hingga 1,65 derajat Celcius.

Untuk mencapai visi dunia bebas emisi di 2050, perlu langkah dramatis dalam 10 tahun ke depan. Penurunan emisi sebesar 40% di 2030 artinya 75% pembangkit listrik di dunia memakai energi baru terbaruk dan 50% kendaraan memakai listrik.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...