Peluang Menggeliatnya Investasi Sektor Energi Tahun Depan

Image title
15 Desember 2020, 16:42
investasi, kementerian esdm, vaksin virus corona, covid-19, migas, minerba, listrik, energi baru terbarukan
123RF.com/Pop Nukoonrat
Ilustrasi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan investasi dari sektornya dapat mencapai US$ 37,2 miliar pada tahun depan.

Apabila pemerintah ingin menjadikan energi bersih motor pertumbuhan ekonomi, maka perlu adanya stimulus dan mengarahkan dana investasi ke sekotr ini. Usulan IESR adalah substitusi subsidi listrik dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap. 

Ada sekitar 7 juta pelanggan PLN dengan daya 900 Volt Ampere (VA) yang atapnya dapat terpasang PLTS. Kalau hal itu dapat terwujud, perusahaan setrum negara dapat tambahan 7 gigawatt peak (GWp) energi terbarukan. “Setiap 1 gigawatt peak instalasi PLTS, menyerap 30 ribu pekerja,” kata Fabby. 

Banyak opsi untuk menggenjot pengembangan EBT. Tapi perlu kemauan pemerintah untuk menyediakan dananya. Kebutuhan uangnya paling tidak sekitar Rp 10 triliun hingga Rp 15 triliun per tahun. 

Sebagai informasi, potensi dari sumber energi terbarukan mencapai lebih 400 gigawatt. Indonesia baru memanfaatkannya tak lebih dari 3%. Pemerintah belum maksimal mendorong investasi di sektor energi baru terbarukan. 

Vaksin Akan Pengaruhi Ekonomi 2021

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi (Aspermigas) Mosche Rizal mengatakan tidak ada lagi yang bisa diharapkan untuk tahun ini. Hal serupa juga bakal terjadi di 2021. Investor masih melihat perkembangan pandemi dan distribusi vaksin secara global.

Iklim investasi belum akan membaik karena distribusi vaksin membutuhkan waktu bulanan. Bahkan di Indonesia mungkin perlu waktu lebih dari enam bulan. 

Apalagi, Eropa dan Amerika Utara sedang menghadapi gelombang kedua virus corona. Keadaan ini bersamaan pula dengan datangnya influenza karena musim dingin. “Tentunya sektor migas dengan faktor risiko tinggi akan lebih terdampak dari mode wait and see ini,” kata Mosche. 

Para pelaku industri migas berharap paling tidak harga minyak tahun depan dapat stabil di level US$ 50 per barel. Dengan begitu, kegiatan operasional mereka tidak terlalu terganggu. “Kami cukup bersyukur kalau harganya bisa stabil tahun depan,” ujarnya. 

Ekonom Core Yusuf Manilet berpendapat vaksin akan banyak mempengaruhi dinamika ekonomi tahun depan. Dengan kehadiran vaksin, konsumsi masyarakat atas akan terdorong. “Ini kemudian yang akan berpengaruh ke pertumbuhan 2021,” ucapnya. 

Apabila konsumsinya terdongkrak, maka investasi pun akan naik. Permintaan barang meningkat bakal mendorong pula kapasitas produksi. 

Namun, iklim investasi juga akan bergantung kelanjutan aturan turunan Undang-Undang Cipta Kerja. Pertumbuhan konsumsi dan investasi alias pembentukan modal tetap bruto (PMTB) di 2021 ia proyeksikan di kisaran 3% hingga 5%. Dengan catatan, Indonesia tidak mengalami gelombang kedua virus corona. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...