Uni Eropa Dorong Kesepakatan COP28 Soal Penghapusan Bahan Bakar Fosil
Meski begitu, hal tersebut membuka peluang bagi negara-negara di dunia untuk tetap membakar batu bara, gas dan minyak, jika mereka menggunakan teknologi untuk menangkap emisi yang dihasilkan. Kesepakatan Uni Eropa mencatat bahwa teknologi penangkap emisi ada dalam skala terbatas dan akan digunakan untuk mengurangi emisi terutama dari sektor-sektor yang sulit dikurangi, “Penggunaan teknologi ini tidak boleh digunakan untuk menunda aksi iklim," demikian kutipan kesepakatan tersebut, yang dilihat oleh Reuters.
Di sisi lain, Menteri Iklim Global Denmark Dan Jorgensen menyebutkan, sekitar 10 dari 27 negara anggota Uni Eropa, termasuk Denmark, Prancis, Jerman, Irlandia, Belanda, dan Slovenia, menginginkan kesepakatan yang lebih kuat untuk menghapuskan semua bahan bakar fosil.
“Saya ingin lebih ambisius lagi, tetapi kita adalah sebuah persatuan dari hampir 30 negara, dan kita harus setuju," kata Jorgensen.
Tak hanya itu, negara-negara Uni Eropa juga menyerukan agar subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien segera dihapuskan pada tahun 2030. Mereka menyatakan tidak boleh ada pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru jika dunia ingin mencegah perubahan iklim yang parah.
Namun, hal ini mendapatkan perlawanan dari produsen dan konsumen bahan bakar fosil. Salah satunya seperti Arab Saudi yang telah memblokir upaya untuk menyetujui penghentian penggunaan bahan bakar fosil dalam berbagai pertemuan, termasuk KTT G20 2023 ini. Dengan begitu, Arab Saudi diperkirakan akan memberikan perlawanan yang sama pada KTT COP28 mendatang.