Daftar 29 Lokasi Potensial Pembangkit Energi Nuklir di RI, Beroperasi Mulai 2032

Ringkasan
- Indeks kualitas udara beberapa kota besar di Indonesia telah keluar dari zona berbahaya sejak Kamis (20/2) pagi.
- Kota Depok dan Jakarta menempati posisi teratas dengan kategori sedang (AQI 95), disusul beberapa kota lainnya dengan kategori yang sama.
- Sementara itu, kota dengan kualitas udara terbaik di Indonesia adalah Palangkaraya (AQI 39, kategori baik), dan kualitas udara terburuk di dunia ditempati oleh Dhaka, Bangladesh (AQI 218, sangat tidak sehat).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan Indonesia akan memiliki pembangkit energi nuklir pertama pada 2032. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan tiga gugus tugas (task force) untuk menentukan lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani, mengatakan tiga gugus tugas tersebut bakal ditunjuk pihaknya setelah pemerintah meresmikan pembentukan Badan Organisasi Nuklir atau Nuclear Energy Program Implementation Organization (Nepio).
Selain bertugas menentukan lokasi, Eniya mengatakan, gugus tugas itu juga diminta membuat prosedur keamanan (safety) mulai dari rencana pembangunan PLTN perdana hingga operasional fasilitas elektrifikasi dari energi nuklir tersebut.
"Menentukan safety-nya bagaimana, menentukan pengadaannya nanti bagaimana, pembangunan PLTN-nya nanti bagaimana," ujarnya dikutip dari Antara, Sabtu (22/2).
Berdasarkan catatan ESDM , terdapat 29 lokasi yang potensial untuk dijadikan lokasi PLTN. Namun demikian, lokasi tersebut akan diverifikasi kembali oleh gugus tugas.
Berikut daftar lengkap 29 lokasi potensial untuk dibangun PLTN:
- Pangkalan Susu, Sumatera Utara
- Tanjung Balai, Sumatera Utara
- Batam, Kepulauan Riau
- Bintan, Kepulauan Riau
- Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung
- Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung
- Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung
- Bojanegara, Banten
- Muria, Jawa Tengah
- Gerokgak, Bali
- Sambas, Kalimantan Barat
- Pulau Semesa, Kalimantan Barat
- Pantai Gosong, Kalimantan Barat
- Muara Pawan, Kalimantan Barat
- Pagarantimur, Kalimantan Barat
- Keramat Jaya, Kalimantan Barat
- Kendawangan, Kalimantan Barat
- Airhitam, Kalimantan Barat
- Kualajelai, Kalimantan Barat
- Sangatta, Kalimantan Timur
- Samboja, Kalimantan Timur
- Babulu Laut, Kalimantan Timur
- Morowali, Sulawesi Tengah
- Muna, Sulawesi Tenggara
- Toari, Sulawesi Tenggara
- Tanjung Kobul, Maluku
- Teluk Bintuni, Papua Barat
- Timika, Papua Tengah
- Merauke, Papua Selatan.
Dikembangkan Jadi 42 GW di 2060
Di kesempatan berbeda, Eniya mengatakan PLTN tersebut ditargetkan dikembangkan hingga 42 gigawatt (GW) pada 2060. Target tersebut tercantum dalam revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) mengenai peta jalan pembangunan PLTN.
“Sampai 2060 35 GW sampai 42 GW (PLTN Terpasang di Indonesia),” ujar Eniya dalam Rapat Dengar Pendapat dikutip dari Youtube Komisi XII DPR, Rabu (19/2).
Eniya mengatakan pembangkit nuklir Indonesia pertama ditargetkan beroperasi 2032 dengan kapasitas sebesar 250 megawatt (MW). Kapasitasnya kemudian meningkat menjadi 3 GW pada 2035, dan 9 GW pada 2040.
Ia mengatakan peta jalan pembangunan PLTN di Indonesia disusun berdasarkan pedoman yang ditetapkan The International Atomic Agency (IAEA). Pemerintah saat ini tengah menunggu adanya beberapa kebijakan untuk dapat memperlancar persiapan pembangunan dan operasional PLTN di Indonesia.
Adapun aturan yang dinilai akan memperlancar kesiapan tersebut adalah Rancangan Undang-Undang (RUU) Energi Baru Energi Terbarukan (EBET) dan revisi UU Ketenagalistrikan.
“Kalau UU Ketenaganukliran ini lebih membedakan terkait dengan nonpembangkit tenaga nuklir itu disebutkan di revisi UU Ketenaganukliran tapi terkait dengan pembangkit tenaga nuklir sendiri sudah disebutkan dalam RUU EBET,” ujarnya.