Cina Buktikan Janjinya Setop Pembiayaan PLTU Batu Bara di Luar Negeri
Penelitian terbaru pada proyek Belt and Road Initiative (BRI) Cina menunjukan bahwa negara ini benar-benar menghentikan pembiayaan dan investasi pada sektor batu bara pada tahun 2021.
Cina memegang komitmennya untuk menghentikan pendanaan pada proyek batu bara di luar negeri. Menurut laporan lembaga think tank The Green Finance & Development Center FISF Fudan University berjudul "Brief: China Belt and Road Initiative (BRI) Investment Report 2021".
Laporan itu menyebutkan bahwa Cina tidak membuat satupun investasi pada sektor batu bara sepanjang 2021. Di saat yang sama, Cina memperluas jangkauannya pada pembiayaan dan investasi energi terbarukan dengan menggelontorkan US$ 6,3 miliar pada negara-negara BRI.
Penulis laporan sekaligus Director of the Green Finance and Development Center at Fudan University, Christoph Wang meyakini Cina akan mengkaji kembali banyak proyek PLTU yang sudah diumumkan dan akan kesulitan mendapatkan pendanaan.
Hal ini seiring bertambahnya kesadaran investor dan perusahaan asuransi di Negeri Panda terhadap risiko lingkungan dari PLTU batu bara dan sinyal jelas dari pemerintah untuk mendukung pengembangan energi hijau di pasar luar negeri.
“Saya yakin bahwa banyak proyek PLTU yang sudah diumumkan akan diulas kembali dan akan kesulitan mendapatkan pendanaan,” tuturnya dalam keterangan tertulis, Kamis (10/2). Simak databoks berikut:
Dia mencontohkan salah satu proyek PLTU batu bara di Bosnia Herzegovina, Ugljevik III berkapasitas 700 megawatt (MW) telah mengalami kesulitan dalam mendapatkan pendanaan dari bank Cina sejak bulan lalu.
Meski demikian, Cina masih memberikan pendanaan yang cukup besar pada energi fosil lainnya. Pada 2021 Cina menggelontorkan sekitar US$ 10,9 miliar untuk proyek minyak dan gas, jauh lebih besar dari tahun sebelumnya.
Negara yang menerima pendanaan untuk sektor ini kebanyakan adalah negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara, terutama Iraq. Indonesia diketahui sebagai negara penerima investasi sektor energi terbesar kedua dari BRI tahun lalu.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa pada 2022, Cina tetap melanjutkan investasi pada proyek yang lebih kecil dan mudah untuk di implementasi, seperti proyek surya dan angin, sembari mengembalikan kerugian dari proyek-proyek batu bara.
Wawa Wang, Director Just Finance International mengatakan pendanaan dari Cina semakin memperburuk krisis iklim di Balkan Barat, kawasan dimana pinjaman Cina secara sepihak dapat memperluas proyek batu bara baru.
“Dunia menunggu bank - bank China untuk mengikuti jejak komunitas internasional untuk menghentikan pendanaan untuk proyek batu bara internasional pada 2021,” kata Wang.
Energy Finance Analyst di Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) Norm Waite mengatakan, panduan yang disusun Kementerian Lingkungan dan Ekologi dan Kementerian Bisnis Cina yang mempromosikan pembangunan hijau ke dalam Amdal pada fase pengadaan ke konstruksi diharapkan dapat meningkatkan proyek energi hijau.
Panduan ini akan berlaku untuk proyek apapun sehingga dapat mempromosikan pendanaan hijau secara lebih luas pada proyek - proyek ramah lingkungan.
Untuk energi terbarukan, Cina masih harus membuktikan diri sebagai pengembang untuk tenaga angin dan surya. Peningkatan kapasitas domestik dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan keahlian domestik dalam energi surya dan angin offshore, sehingga sudah tidak perlu butuh banyak waktu lagi.
“Proyek BRI Cina merupakan wadah terbaik bagi China untuk membuktikan diri sebagai yang terdepan pada pembangunan energi hijau,” kata Norm.
Meski telah menghentikan dukungan pembiayaan untuk proyek batu bara di luar negeri, Cina masih berencana untuk membangun PLTU baru di dalam negeri dengan kapasitas yang sangat besar.
Menurut data Bloomberg New Energy Finance (BNEF) Cina menargetkan ada tambahan kapasitas PLTU batu bara sebesar 247 GW hingga 2025, terbesar di dunia dan di antara negara-negara G20. Simak databoks berikut: