Menagih Dana Kompensasi Kerusakan Iklim dari Negara Maju di COP27

Muhamad Fajar Riyandanu
7 November 2022, 16:28
cop27, perubahan iklim, krisis iklim,
ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Petani mencabut tanaman tomat yang kering akibat gelombang panas di Desa Penaguan, Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (27/11/2019).

Negara Maju Ingkar Janji

Agenda COP27 digelar di tengah bayang-bayang keraguan kepada pemerintah global yang berniat mengatasi pemanasan global. Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirilis minggu lalu menunjukkan emisi global naik 10,6% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat tahun 2010.

Para ilmuwan mengatakan emisi tersebut harus turun 43% pada saat itu untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5° C, yang disepakati pada Pernjanjian Paris 2015.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa negara-negara kaya juga tidak memenuhi janji untuk menyediakan US$ 100 miliar per tahun pada tahun 2020 untuk membantu negara-negara berkembang mengurangi emisi CO2 dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

Sementara di sisi lain banyak negara termasuk AS dan anggota negara UE yang menyerukan peningkatan pasokan bahan bakar fosil untuk membantu menurunkan harga energi, sebuah tren yang berisiko menunda pergeseran global menuju energi yang lebih bersih.

Meskipun momentum meningkat untuk mengatasi kerugian dan kerusakan akibat meningkatnya bencana terkait perubahan iklim, COP27 menghadapi tantangan untuk mengumpulkan uang karena sebagian besar anggaran pemerintah barat habis untuk melindungi warganya dari dampak ekonomi perang di Ukraina.

Sejauh ini, hanya dua negara kecil yang menawarkan dana untuk kerugian dan kerusakan. Denmark memberikan 100 juta Danis Krone dan Skotlandia menjanjikan £ 2 juta. Padahal beberapa penelitian menunjukkan kerugian terkait iklim bisa mencapai US$ 580 miliar per tahun pada 2030.

Di dalam negosiasi PBB minggu ini, negara-negara pulau kecil yang rentan terhadap perubahan iklim telah membuat mereka memainkan peran besar dalam pembicaraan PBB sebelumnya, yang akan mendorong proposal untuk 'dana tanggapan'.

Proposal ini dijalankan oleh PBB untuk mengumpulkan dan mendistribusikan uang tunai ke negara-negara yang dilanda bencana. bencana.

Kelompok '20' atau G20 dari 58 negara yang rentan terhadap iklim dan kelompok 7 negara kaya atau G7 akan meluncurkan 'Perisai Global' untuk memperkuat keuangan asuransi dan perlindungan bencana. Jerman diharapkan untuk memberikan uang untuk skema tersebut.

Pakar diplomasi iklim di lembaga think tank E3G Alex Scott mengatakan bahwa dibutuhkan berbagai pendekatan termasuk upaya penguatan asuransi dan perlindungan bencana yang juga harus didukung melalui perbaikan masalah dengan pengelolaan dana iklim PBB yang ada.

"Seperti adanya penundaan selama bertahun -tahun dalam menyalurkan pendanaan dan pengajuan atau proses aplikasi yang berbelih sehingga mencegah beberapa negara miskin untuk mengakses dukungan pendanaan," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...