Perjalanan Terra Luna, Koin Kripto Nyaris Ambrol 100 %

Intan Nirmala Sari
17 Mei 2022, 17:06
LUNA, terra luna, kripto, mata uang kripto
ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/aww/cfo
Representasi mata uang virtual Bitcoin yang rusak, diletakkan di sebuah monitor yang memperlihatkan grafik saham dan kode biner, terlihat dalam foto ilustrasi ini, 21 Desember 2017. ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/aww/cfo

Selain dapat digunakan seperti mata uang fiat, stablecoin Terra memiliki manfaat tambahan blockchain, yakni buku besar yang tidak dapat diubah-ubah, transaksi instan, waktu penyelesaian yang lebih cepat, serta biaya yang lebih murah.

Meski begitu, Terra tidak didukung oleh dolar, won Korea, ataupun mata uang lainnya. Untuk itu, Terra mengeluarkan stablecoin algoritmik seperti UST yang dijamin oleh aset kripto Terra, yaitu token LUNA. Singkatnya, pergerakan harga token LUNA akan bergantung pada nilai koin UST, begitu juga sebaliknya.

LUNA mirip dengan aset kripto lainnya, memiliki volatilitas yang cukup tinggi karena harganya bergerak fluktuatif. Itu karena, harga mengikuti pergerakan pasar kripto terutama harga Bitcoin sebagai aset mayoritas cryptocurrency.

Melansir Pintu.co.id, untuk keperluan trading aset kripto, investor bisa menukarkan token LUNA ke dalam UST, untuk kemudian dikonversi ke dalam aset kripto lain yang diinginkan. Hal tersebut sekaligus dapat mengurangi risiko kehilangan momentum jual beli saat volatilitas harga sedang tinggi.

Peran LUNA

Terra Luna
Terra Luna (Zipmex)

Token LUNA memiliki beragam fungsi dalam jaringan blockchain Terra, termasuk sebagai token governance, staking, mata uang transaksi DApps, hingga mengimbangi berbagai aset stablecoin Terra. Hal itu membuat LUNA cukup menarik dikoleksi sebagai instrumen investasi, karena dapat memberikan insentif besar.

Tak hanya itu, token LUNA juga terus berputar dalam ekosistem Terra karena memiliki beragam fungsi. Selain itu, sistem pembakaran token yang diterapkan di dalam ekosistem untuk menjaga stabilitas harga koin, membuat suplai LUNA cenderung bersifat deflasioner dan tidak kehilangan nilai dalam jangka panjang.

Di sisi lain, salah satu yang menjadi kekhawatiran terkait stablecoin adalah regulasi pemerintah di berbagai negara. Sebut saja salah satu senator Amerika Serikat, Elizabeth Warren sempat menyatakan stablecoin sebagai ancaman bagi penggunanya dan perekonomian negara.

Pernyataan tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan stablecoin. Apalagi, banyak negara gencar membuat Central Bank Digital Currency atau CBDC untuk menyaingi stablecoin. Kondisi tersebut membuat kompetisi Terra meningkat sebagai solusi pembayaran digital.

Sementara itu, salah satu platform perdagangan mata uang kripto terbesar di Indonesia, Indodax resmi menghadirkan token LUNA pada Maret 2022.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...