Langkah Jahja Setiaatmadja Membawa Saham BCA Lebih Merakyat

Intan Nirmala Sari
10 September 2021, 08:00
BCA, Bank Central Asia, Saham BBCA, Jahja Setiaatmadja, perbankan, aksi korporasi
Arief Kamaludin|Katadata

Peran Sentral Jahja dalam Perjalanan BCA 

Berdasarkan data BEI, Bank BCA tercatat sebagai perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa Tanah Air saat ini, dengan nilai Rp 802 triliun per Rabu (8/9). Di balik pencapaian gemilang BBCA, ada sosok yang menahkodai jalannya perusahaan, yakni Jahja Setiaatmadja yang sudah menjabat sebagai Presiden Direktur lebih dari sepuluh tahun.

Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Maret lalu, pria yang bakal bertambah usia menjadi 66 tahun pada 14 September nanti, kembali dipercaya sebagai Dirut BBCA hingga 2026.

Jahja merupakan anak tunggal dari pasangan Tio Keng Soen dan Tan Giok Kiem. Dia lahir di Jakarta pada 14 September 1955 dengan nama Tio Sie Kian, kemudian diubah menjadi Jahja Setiaatmadja ketika usianya menginjak sebelas tahun.

Jahja memperoleh gelar sarjana bidang Akuntansi di Universitas Indonesia (UI) pada 1982. Cita-citanya adalah masuk ke jurusan kedokteran, namun harus tersandung biaya yang tinggi.

HUT BCA
HUT BCA (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)

Sebelum menjabat sebagai Dirut BCA, Jahja memulai karirnya di 1979 sebagai Akuntan di Price Waterhouse. Bukunya, Sang Dirigen: Perjalanan Jahja Setiaatmadja hingga Menjadi CEO BCA bercerita biografinya. Di sana, dia mengaku penghasilan sebagai akuntan saat itu sangat kecil, sehingga mencari penghasilan tambahan dengan bekerja di rental kaset video milik temannya.

Jalan karier Jahja mulai terbuka saat bekerja di rental kaset dan bertemu Direktur PT Kalbe Farma, Rudy Capelle. Singkat cerita, Jahja akhirnya pindah ke Kalbe Farma pada 1980 sebagai akuntan, dengan catatan karir yang menanjak menjadi Senior Manager, kemudian pada usia 33 tahun diangkan sebagai Direktur Keuangan perusahaan farmasi tersebut.

Selanjutnya, pada 1989 Jahja menerima tawaran sebagai Direktur Keuangan perusahaan otomotif PT Indomobil, yang merupakan anak usaha dari Grup Salim. Tak bertahan lama, pada 1990 Jahja yang saat itu menjabat sebagai Direktur Indomobil, kemudian bergeser ke Bank BCA dan harus turun pangkat sebagai Wakil Kepala Divisi.

Krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 membuat mayoritas saham dari Grup Salim dipegang oleh pemerintah. Sampai pada 1999, pemerintah kemudian menunjuk tim direksi BCA dan mempromosikan Jahja sebagai Direktur BCA hingga tahun 2005.

Pada 2002, pemerintah menjual saham BCA ke Grup Djarum dan Farallon Capital. Selanjutnya, pada 2005 Jahja dipromosikan sebagai Wakil Presiden Direktur BCA hingga 2011. Karier terus meningkat, sampai akhirnya pada 2011 Jahja dipilih menjadi Presiden Direktur BCA menggantikan Djohan Emir Setioso yang memilih untuk menjadi Komisaris Utama BCA.

Penyumbang bahan: Nada Naurah (Magang)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...