3 Dekade Itama Ranoraya, Pebisnis Alkes yang Makin Cuan Saat Pandemi

Amelia Yesidora
18 Februari 2022, 09:00
Itama ranoraya, irra, saham, bursa, covid-19
Itama Ranoraya (IRRA) Pubex

Upaya gencar pemerintah mendorong program vaksinasi masyarakat Indonesia turut mendongkrak pendapatan perusahaan distributor alat kesehatan. Itama Ranoraya alias IRRA termasuk yang berhasil meningkatkan pendapatannya sebanyak 134 % menjadi Rp 1,3 triliun pada 2021.

Memulai bisnisnya sejak tiga dekade lalu, Itama Ranoraya mampu memanfaatkan pandemi untuk mendorong kinerja perusahaan. Sekitar 71 % pendapatan perusahaan atau setara Rp 939 miliar berasal dari penjualan tes cepat Covid-19

Dari penjualan tes Covid tersebut, 51 % berasal dari sektor non-pemerintah, seperti korporasi dan ritel. Adapun 49 % pendapatan tes cepat lainnya berasal dari pemerintah.

Produk Itama Ranoraya lainnya juga turut menambah pendapatan perusahaan sepanjang tahun lalu. Sebut saja pemasukan dari produk auto disable syringe (ADS) merk Oneject dengan porsi 11 %, Abbott Reagent 10 %, dan mesin apheresis 3 %. 

Bisnis 30 Tahun Itama Ranoraya

Itama Ranoraya bukanlah pemain baru dalam bisnis perdagangan alat laboratorium, sudah tiga dekade lebih. Perusahaan itu berdiri pada 1988, menurut catatan prospektus IRRA. 

Pada 2010, IRRA menyediakan reagen skrining darah untuk mengecek penyakit HIV, Hepatitis B dan C, serta sifilis. Menyasar pasar baru, IRRA merambah ke fasilitas kesehatan swasta dan pemerintah, Palang Merah Indonesia (PMI), serta  Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes.

Tiga tahun berikutnya, Itama Ranoraya mengadakan pemenuhan alat dan obat kontrasepsi, yang ditujukan ke Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional alias BKKBN. 

Pengalaman bisnis kesehatannya terus bertambah. Pada 2014, Itama Ranoraya mulai menyediakan auto disable syringe (ADS) atau jarum suntik sekali pakai, beserta safety box sebagai pembuangan jarum suntiknya.

Piston dalam jarum suntik ini otomatis patah pada saat selesai pemakaian, sehingga tidak dapat digunakan kembali. Target pasar utama untuk produk ini adalah Kementerian Kesehatan atau Kemenkes, Dinas Kesehatan, hingga Puskesmas.

Kemudian, pada 2016 Itama Ranoraya menyediakan kit untuk apheresis atau donor trombosit darah. Sama seperti sebelumya, target pasar perusahaan untuk kit adalah Kemenkes, faskes swasta dan pemerintahan, serta PMI.

Ilustrasi tes Covid-19 , PCR
Ilustrasi tes Covid-19 , PCR (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Selang setahun kemudian, IRRA akhirnya melakukan pemisahan secara bisnis korporasi dari PT Dirgantara Yudha Artha Group yang menaunginya. Sejak saat itu, Itama Ranoraya fokus pada distribusi alat kesehatan secara mandiri. 

Meski pelanggan utama produk IRRA adalah Kemenkes dan PMI, hingga akhir 2021, sudah ada total 1.137 pelanggan di seluruh Indonesia. Terhitung, 36 % atau setara 419 pelanggan berasal dari sektor pemerintah daerah, seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas, rumah sakit, serta laboratorium.

Sementara itu, 64 % pelanggan Itama Ranoraya atau 714 pelanggan berasal dari sektor swasta, seperti PMI, rumah sakit dan laboratorium swasta, serta ritel. Produk Itama Ranoraya juga turut disebarkan oleh 111 sub-distributor dari Sumatera hingga Nusa Tenggara Timur.

Pilihan Produk Itama Ranoraya

Sebagai sebuah perusahaan distributor alat kesehatan, Itama Ranoraya menawarkan belasan merek alat kesehatan. Pilihan tersebut mulai dari jarum suntik hingga uji cepat (rapid test) penyakit non-Covid seperti HIV, DBD, dan Hepatitis.

Produk pertama, Itama Ranoraya adalah sole distributor dari Oneject, produk jarum suntik beserta safety box yang digunakan dalam vaksin Covid-19. Dalam paparan publik, disebutkan bahwa hingga akhir 2021 IRRA sudah mendistribusikan 28,4 juta unit jarum suntik ke puskesmas di seluruh Indonesia.

Selain mendistribusikan jarum suntik Oneject, Itama Ranoraya mendistribusikan merek jarum suntik produk kedua dari Hindustan Syringes & Medical Devices (HMD).

Ketiga, merek dagang Abbott yang menawarkan tiga jenis produk, yaitu tes reagen dan tes cepat untuk melacak penyakit menular non-Covid (HIV, hepatitis B, hepatitis C dan sifilis), lalu alat swab antigen Covid-19. IRRA sudah mendistribusikan 4,3 juta unit produk tes cepat non-Covid dan 11,7 jut unit swab antigen Covid-19.

Keempat, merek dagang Terumo yang berupa mesin apheresis. Mesin ini berfungsi memisahkan antara sel darah merah, sel darah putih, trombosit, dan plasma konvalesen dari darah manusia.

Alat ini dapat digunakan untuk membantu pasien yang menderita kanker darah (leukemia) hingga Covid. Produk ini sendiri berhasil menyediakan 10.000 kantong transfusi trombosit per tahun dan 15 ribu kantong plasma convalescent untuk pasien Covid-19 di Indonesia.

PT Itama Ranoraya (IRRA)
PT Itama Ranoraya (IRRA) (Itama Ranoraya (IRRA) Pubex)

Kelima, suplemen kesehatan berupa imunomodulator dengan merek dagang Avimac. Melansir laman SehatQ, imunomodulator adalah suatu zat yang dapat memodifikasi sistem imun manusia dengan meningkatkan atau menekan antibodi. Dalam periode kuartal II hingga III tahun 2021 lalu, sudah ada 30 ribu botol Avimac yang disebarkan ke seluruh Indonesia.

Keenam, produk hasil kerja sama IRRA dengan merek Vestfrost dari Denmark pada 2021 lalu. Vestfrost menyediakan kulkas khusus untuk menyimpan vaksin Covid-19, dengan jaminan tidak ada risiko pembekuan cairan vaksin. 

Ketujuh, merek dagang BD yang menyediakan balloon dilatation catheter, balloon expandable vascular covered stent, dan drug coated balloon PTA Catheter. Melansir laman Stanford Healthcare, balloon dilatation adalah sebuah proses kateterisasi jantung. Sebuah berbentuk tabung kecil akan dimasukkan ke dalam pembuluh darah di selangkangan dan dipandu ke bagian dalam jantung. 

Kedelapan, Diagast yaitu alat pemeriksaan antibodi dalam darah. Produk kesembilan adalah iGene, sebuah alat tes bagi ibu hamil untuk mengecek kemungkinan kelainan kromosom seperti down syndrome pada bayinya. Sepuluh, alat pengecekan kadar hemoglobin di darah dengan merk dagang HemoCue. 

Sebelas, alat pencitraan yang digunakan dalam penanganan saraf, dan pembedahan sistem peredaran darah. Dua belas, ada e-Saote dengan produknya bernama MyLab yang membantu proses diagnosis menggunakan teknologi ultrasound. Selain menawarkan produk tes, IRRA juga mendistribusikan alat pelindung diri (APD) berupa hazmat dengan merek dagang Safety Focus (Safo) dan masker wajah dengan merk dagang Balmed. 

Dengan kinerja positif, Itama Ranoraya optimistis menargetkan pertumbuhan pendapatan untuk 2022. "Target tahun depan (2022) akan sama dengan tahun ini (2021), yaitu kenaikan 100 %,” kata Direktur Keuangan Itama Ranoraya, Pratoto Satno Raharjo dalam paparan Desember lalu. Perusahaan ini juga hendak merombak bisnis dari distribusi menjadi industri di 2022.

Saham IRRA

IRRA sudah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 15 Oktober 2019, dengan menawarkan 400 juta lembar saham seharga Rp 374 per lembar. Kini (16/2), harga saham IRRA sudah menembus Rp 1.805, naik 50 poin atau setara 2,95 % dari penutupan sebelumnya di angka Rp 1.755.

Sementara itu, saham IRRA memiliki kapitalisasi pasar alias market cap Rp 2,89 triliun per Rabu (16/2). Meski begitu, harga sahamnya cukup fluktuatif.

Melansir dari data RTI Business, harga saham IRRA terus menunjukkan koreksi sejak tahun lalu. Adapun sepanjang tahun ini, saham sektor alat kesehatan tersebut mencatatkan penurunan lebih dari 10 %. Dalam setahun terakhir saham IRRA cenderung bertahan di zona merah.

Adapun status kepemilikan saham IRRA per Januari 2022, sebagian besar dikuasai PT Global Dinamika Kencana yang juga pengendali tunggal. Perusahaan tersebut memiliki 1,21 miliar lembar saham IRRA, atau setara 75,97 %.

Sementara porsi kepemilikan publik adalah 17,4 % atau setara 278 juta lembar, disusul  kemudian PT Neumedik Jaya memegang 5,25 % yang setara dengan 84 juta lembar saham. Dari pihak manajemen, Komisaris Utama Itama Ranoraya, Tjandra Yoga Aditama memiliki 0,01 % saham perusahaan atau 200 ribu lembar lebih.

Tjandra mulai menjabat sebagai Komisaris Utama IRRA pada Desember 2020. Pria kelahiran Jakarta, 66 tahun tersebut merupakan dokter dan dosen pasca sarjana.

Pada 1980, dia mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia, jurusan kedokteran. Hampir dua dekade memantapkan ilmunya di berbagai universitas, Tjandra juga mengenyam pendidikan Program Master Administrasi Rumah Sakit UI Jakarta pada 1998, menurut laman Universitas Yarsi.

Di sisi lain, Heru Firdausi Syarif selaku Direktur Utama IRRA merupakan lulusan S1 Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Heru beberapa kali menjabat sebagai Direktu Utama di Itama Ranoraya, yakni periode 1997-2011, periode 2017-2019, kemudian 2019 hingga saat ini.

Reporter: Amelia Yesidora

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...