Sejarah BRIN, Dua Penelitinya Bermasalah dan Ancam Muhammadiyah

Amelia Yesidora
2 Mei 2023, 14:33
Tersangka kasus dugaan ujaran kebencian yang merupakan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin dihadirkan saat konferensi pers di Jakarta, Senin (1/5).
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.
Tersangka kasus dugaan ujaran kebencian yang merupakan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin dihadirkan saat konferensi pers di Jakarta, Senin (1/5).

Banyak terobosan yang dihasilkan dari penelitian Lembaga Eijkman. Misalnya accessory food factors atau substansi esensial dalam makanan yang dibutuhkan makhluk hidup. Ini adalah awal terbentuknya vitamin. Atas penemuan tersebut, Eijkman dan Frederick Hopkins beroleh hadiah Nobel pada 1929. Selain itu Eijkman aktif memburu penyebab penyakit malaria. 

Untuk menghormati kontribusinya, laboratorium yang awalnya berada di Groot Militair Hospitaal Weltevreden alias RPAD Gatot Subroto itu kemudian diganti dengan nama Lembaga Eijkman pada 1938.

Saat Jepang berhasil mengusir Belanda dari Hindia pada 1942, tentara Jepang menangkap dokter dan peneliti Belanda. Tidak terkecuali W. K. Martens, Direktur Lembaga Eijkman kala itu. 

Akhirnya puncak kepemimpinan Lembaga Eijkman diserahkan pada Achmad Mochtar, dokter STOVIA berdarah Minang. Ialah pribumi pertama yang memimpin lembaga tersebut.

Sayangnya hanya tiga tahun lamanya Mochtar memimpin Lembaga Eijkman. Dalam buku Eksperimen Keji Kedokteran Penjajahan Jepang, Sangkot Marzuki dan Kevin Baird menceritakan tentara Jepang menuduh ilmuwan Eijkman menyabotasi vaksin tetanus untuk Romusha. 

Tentara Jepang lalu menangkap belasan petinggi Eijkman, termasuk Achmad Mochtar. Dari buku ini diketahui Mochtar bernegosiasi dengan para penangkapnya. Ia mau mengakui keterlibatannya dengan syarat Jepang membebaskan koleganya. 

“Achmad Mochtar telah mati sebagai pahlawan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan bagi Indonesia,” tulis Sangkot.

LABORATORIUM BIOLOGI MOLEKULER BRIN
LABORATORIUM BIOLOGI MOLEKULER BRIN (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/YU)

Dihidupkan Lagi oleh BJ Habibie

Seiring peliknya kondisi politik era 1960-an, Order Baru terpaksa menutup Lembaga Eijkman. Namun Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie memanggil pulang Sangkot Marzuki pada 1990. Sangkot yang kala itu adalah peneliti terkemuka di Australia, diminta Habibie untuk membangun pusat penelitian biologi molekuler Tanah Air.

Permintaan ini disanggupi Sangkot dengan satu syarat khusus: lembaga dibangun untuk melanjutkan legasi Lembaga Eijkman. Habibie mengabulkan permintaan ini sehingga pada 1992, Lembaga Eijkman hidup kembali dan Sangkot menjadi pemimpinnya. 

Secara birokrasi, lembaga ini berada di bawah naungan Kementerian Riset dan Tekonologi alias Kemenristek. Tapi Eijkman beroperasi layaknya perusahan swasta, mereka bisa merekrut peneliti sendiri. Meski dibiayai oleh uang negara, peneliti Eijkman bukan ASN. inilah yang membuat Lembaga Eijkman lebih bebas beroperasi dan menjalankan riset. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...