Kisah "Macan Asia", dari Keajaiban Ekonomi hingga Bencana Finansial

Image title
4 Maret 2024, 15:53
Macan Asia
Freepik
Ilustrasi, aktivitas ekonomi di Seoul, Korea Selatan.

Salah satu dampak paling signifikan dari krisis ini adalah meluasnya restrukturisasi dan konsolidasi perusahaan yang terjadi di sektor industri Korsel. Banyak konglomerat, yang dikenal sebagai chaebol, menghadapi kesulitan keuangan dan terpaksa menjalani restrukturisasi.

Pemerintah Korsel saat itu menerapkan berbagai langkah untuk menstabilkan perekonomian dan mengatasi krisis, termasuk mengamankan paket dana talangan dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) sebesar US$ 58 miliar.

Pemerintah Korsel juga menerapkan reformasi struktural untuk merombak sektor keuangan, meningkatkan transparansi dan tata kelola perusahaan, serta meliberalisasi perekonomian.

Meski mengalami krisis ekonomi sangat parah, Korsel berhasil pulih relatif cepat. Memasuki abad ke-21, perekonomian telah pulih, dan negara ini kembali melanjutkan jalur pertumbuhan ekonominya.

Krisis ini bahkan menjadi katalis bagi reformasi yang memperkuat ketahanan perekonomian Korsel, yang berkontribusi terhadap pemulihan dan pembangunan berkelanjutan.

2. Hong Kong

Ilustrasi, Hong Kong
Ilustrasi, Hong Kong (Freepik)

Hong Kong merupakan salah satu negara yang dihantam krisis finansial Asia pada 1997-1998. Meskipun kemerosotan ekonomi dapat diredakan oleh fundamental dan cadangan keuangan yang kuat di wilayah tersebut. Namun, negara ini mengalami kontraksi ekonomi dan gejolak keuangan yang cukup parah selama periode tersebut.

Salah satu dampak krisis yang paling menonjol terhadap Hong Kong adalah penurunan tajam harga properti. Pasar properti, yang saat itu sedang booming, mengalami penurunan pesat seiring pecahnya gelembung spekulatif dan menurunnya kepercayaan investor. Harga properti yang anjlok, mengakibatkan meluasnya gagal bayar hipotek, yang berujung pada kerugian besar bagi pengembang properti dan investor.

Selain properti, sektor keuangan Hong Kong, yang terkait erat dengan pasar regional, menghadapi tantangan karena anjloknya harga saham dan keluarnya modal dari wilayah tersebut. Saat itu, indeks Hang Seng mengalami penurunan signifikan, sehingga menimbulkan kerugian bagi investor dan lembaga keuangan.

Krisis di Asia pada 1997 bukan menjadi satu-satunya penyebab pasar finansial Hong Kong turun signifikan. Sebab, pada periode tersebut ada satu peristiwa yang turut berkontribusi pada kemerosotan pasar finansial-nya, yakni transisi kekuasaan dari Inggris ke Cina.

Peralihan kekuasaan yang dilakukan pada 1 Juli 1997, menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan Hong Kong di bawah pemerintahan Cina, khususnya mengenai pelestarian kebebasan politik dan ekonomi, supremasi hukum, dan otonomi. Ketidakpastian ini, menyebabkan terjadinya pelarian modal dan kegelisahan investor menjelang serah terima.

Pada periode krisis, dolar Hong Kong juga mengalami tekanan. Serangan spekulatif terhadap mata uang memaksa otoritas moneter Hong Kong melakukan intervensi secara agresif untuk mempertahankan patokan mata uang-nya terhadap dolar AS. Intervensi ini menghabiskan cadangan devisa, serta menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlanjutan patokan mata uang.

Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Hong Kong menerapkan berbagai langkah untuk menstabilkan perekonomian dan memulihkan kepercayaan investor. Langkah-langkah tersebut mencakup paket stimulus fiskal, dukungan likuiditas bagi lembaga keuangan, dan intervensi di pasar properti untuk menstabilkan harga.

Meskipun terdapat tantangan yang ditimbulkan oleh krisis ini, perekonomian Hong Kong menunjukkan ketahanan dan mulai pulih dengan relatif cepat.

Fundamental Hong Kong yang cukup kuat, manajemen keuangan yang baik dan struktur ekonomi yang fleksibel, membantu mendukung pemulihan. Pada awal 2000-an, Hong Kong telah keluar dari krisis dan melanjutkan jalur pertumbuhan ekonominya.

3. Taiwan

Taiwan mengalami dampak ekonomi yang signifikan akibat krisis keuangan Asia 1997-1998, meski penurunan tidak terlalu parah dibandingkan dengan beberapa negara lain.

Perekonomian Taiwan relatif tangguh, karena basis industrinya yang beragam, kinerja ekspor yang kuat, dan sektor keuangan yang sehat. Namun, Taiwan masih menghadapi tantangan selama periode krisis.

Krisis 1997-1998 menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Taiwan, karena permintaan eksternal terhadap ekspor menurun dan volatilitas pasar keuangan mempengaruhi kepercayaan investor. Tingkat pertumbuhan PDB, yang sebelumnya rata-rata 6-8% turun menjadi sekitar 4-5% pada periode krisis.

Ilustrasi, Taipei, Ibu Kota Taiwan
Ilustrasi, Taipei, Ibu Kota Taiwan (Freepik)

Salah satu dampak krisis yang paling signifikan terhadap perekonomian Taiwan, adalah penurunan permintaan ekspor, khususnya barang elektronik dan produk manufaktur lainnya.

Kontraksi perdagangan global dan melemahnya permintaan dari pasar ekspor utama, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, berdampak negatif pada perekonomian Taiwan yang berorientasi ekspor.

Selain itu, sektor keuangan Taiwan menghadapi tantangan selama krisis ini, termasuk arus keluar modal dan tekanan nilai tukar. Namun, kerangka peraturan yang kuat dan pengelolaan keuangan yang prudent, membantu memitigasi beberapa risiko, serta menstabilkan sistem keuangan.

Secara keseluruhan, meski perekonomian Taiwan melambat selama krisis keuangan Asia 1997-1998, penurunan tersebut tidak terlalu parah dibandingkan dengan beberapa negara lain di kawasan ini.

Perekonomian Taiwan menunjukkan ketahanan dan pemulihan yang relatif cepat dari krisis, didukung oleh basis industri yang terdiversifikasi, serta sektor keuangan yang dikelola dengan hati-hati.

4. Singapura

Selama krisis ekonomi yang melanda wilayah Asia pada 1997-1998, perekonomian Singapura mengalami kontraksi, kontras bila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan kuat yang pernah dinikmati pada tahun-tahun sebelumnya.

Tingkat pertumbuhan PDB, yang rata-rata berkisar 7-8% pada awal hingga pertengahan dekade 1990-an, turun menjadi sekitar 0-1% selama periode krisis.

Salah satu dampak utama krisis terhadap perekonomian Singapura adalah penurunan permintaan ekspor, khususnya barang elektronik dan barang manufaktur lainnya.

Perekonomian Singapura yang berorientasi ekspor, yang sangat bergantung pada permintaan eksternal, terkena dampak melemahnya perdagangan global dan perlambatan di pasar ekspor utama.

Selain itu, sektor keuangan juga menghadapi tantangan selama krisis ini, termasuk volatilitas di pasar keuangan dan tekanan terhadap dolar Singapura. Namun, kerangka peraturan Singapura yang kuat dan pengelolaan keuangan yang baik, membantu memitigasi beberapa risiko dan menstabilkan sistem keuangan.

Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh krisis ini, pemerintah Singapura menerapkan berbagai langkah untuk mendukung perekonomian dan merangsang pertumbuhan. Langkah-langkah ini termasuk paket stimulus fiskal, dukungan likuiditas untuk dunia usaha, dan inisiatif untuk menarik investasi asing.

Dengan demikian, meski Singapura mengalami perlambatan ekonomi dan menghadapi tantangan selama krisis keuangan Asia 1997-1998, penurunan tersebut relatif ringan dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ini.

Singapura pada akhirnya menunjukkan ketahanan dan pemulihan yang relatif cepat dari krisis ini, karena didukung oleh diversifikasi ekonomi, institusi pemerintahan yang kuat, serta kebijakan ekonomi yang hati-hati dan cepat merespons krisis.​

Singapura
Ilustrasi, Singapura (Freepik)

5. Indonesia

Di antara para "Macan Asia", Indonesia merupakan negara yang terdampak krisis finansial Asia 1997-1998 paling parah. Kemerosotan ekonominya, bahkan boleh dikata sangat parah dan berkepanjangan.

Selama krisis, Indonesia mengalami kontraksi tajam dalam aktivitas ekonomi, dengan PDB anjlok sekitar 13,1% pada 1998, menurut Bank Dunia. Keruntuhan ekonomi ini merupakan salah satu kemerosotan ekonomi terparah dalam sejarah Indonesia, serta menimbulkan konsekuensi sosial dan politik yang besar.

Krisis ini disebabkan oleh beberapa hal, termasuk lemahnya sektor keuangan Indonesia, tingginya tingkat utang korporasi dan pemerintah, serta gelembung spekulatif di pasar properti dan saham.

Krisis ini dipicu oleh hilangnya kepercayaan secara tiba-tiba terhadap mata uang Indonesia, rupiah, yang menyebabkan depresiasi tajam dan krisis likuiditas di sektor perbankan. Kemerosotan ekonomi di Indonesia mengakibatkan meluasnya pengangguran, kebangkrutan, dan kerusuhan sosial.

Jutaan penduduk jatuh ke dalam kemiskinan, hingga akhirnya Indonesia mengalami ketidakstabilan politik, termasuk protes massal dan demonstrasi menentang pemerintah. Ini berujung pada mundurnya Presiden Soeharto pada Mei 1998, setelah lebih dari tiga dekade berkuasa.

Sebelum lengser, pemerintahan Presiden Soeharto meminta bantuan dari IMF dan organisasi internasional lainnya untuk menstabilkan perekonomian dan melaksanakan reformasi.

Langkah-langkah ini mencakup penghematan fiskal, pengetatan moneter, dan reformasi struktural yang bertujuan untuk merestrukturisasi sektor keuangan, meningkatkan tata kelola, dan mendorong transparansi.

Namun, persyaratan yang disertakan dalam paket dana talangan IMF, termasuk langkah-langkah penghematan fiskal dan reformasi sektor keuangan, tidak populer dan menimbulkan perdebatan politik. Penerapan langkah-langkah ini menemui penolakan, sehingga semakin melemahkan efektivitasnya.

Langkah penyehatan perekonomian yang dijalankan untuk meredakan krisis, kurang berhasil. Pasalnya, kebijakan ekonomi yang diambil lebih berfokus pada perbaikan jangka pendek, dibandingkan mengatasi kelemahan struktural mendasar dalam perekonomian.

Apalagi, krisis ekonomi yang berujung pada ketidakstabilan politik, semakin mengikis kepercayaan terhadap kemampuan pemerintah saat itu dalam menanggulangi krisis, dan menerapkan kebijakan ekonomi yang efektif.

Secara keseluruhan, kemerosotan ekonomi yang dialami Indonesia selama krisis keuangan Asia 1997-1998 sangat dalam dan traumatis, serta mempunyai konsekuensi sosial, politik, dan ekonomi yang besar. Meskipun pada akhirnya berhasil pulih dari krisis dan kembali melanjutkan jalur pertumbuhan ekonominya, dampak krisis masih tetap ada.

Pelajaran dari Kemunculan dan Kemerosotan Ekonomi "Macan Asia"

Hong Kong
Ilustrasi, Hong Kong (Freepik)

Kemunculan dan kemunduran perekonomian "Macan Asia", yakni Korsel, Taiwan, Singapura, Hong Kong, dan Indonesia, memberikan pembelajaran yang signifikan untuk memahami pembangunan dan ketahanan ekonomi dalam menghadapi tantangan global.

Pertama, kisah sukses "Macan Asia" menggarisbawahi pentingnya industrialisasi yang berorientasi ekspor dan kebijakan pasar terbuka. Negara-negara ini memanfaatkan keunggulan komparatif mereka, seperti tenaga kerja murah, lokasi geografis yang strategis, dan dukungan pemerintah, untuk menjadi pemain utama dalam perdagangan global.

Kedua, pesatnya pertumbuhan ekonomi dibarengi dengan investasi besar di bidang pendidikan, teknologi, dan infrastruktur. Investasi-investasi ini meletakkan dasar bagi daya saing dan inovasi ekonomi jangka panjang, sehingga berkontribusi pada kemampuan mereka untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama beberapa dekade.

Hal ini menekankan pentingnya peran pengembangan sumber daya manusia dan kemajuan teknologi dalam mendorong keberhasilan ekonomi dalam perekonomian global modern.

Namun, krisis keuangan Asia pada 1997-1998 menunjukkan adanya kerentanan penting dalam perekonomian negara-negara "Macan Asia". Ketergantungan yang berlebihan pada pinjaman luar negeri jangka pendek, rezim nilai tukar tetap, dan lemahnya regulasi keuangan membuat negara-negara ini rentan terhadap guncangan eksternal.

Krisis ini mengungkap bahaya praktik ekonomi yang tidak berkelanjutan dan perlunya ketahanan keuangan yang lebih besar serta pengawasan peraturan untuk mencegah krisis di masa depan.

Selain itu, kemerosotan yang dialami para "Macan Asia" ini menyoroti pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik dalam pengelolaan ekonomi. Tata kelola perusahaan yang lemah, kapitalisme kroni, dan korupsi, memperburuk dampak krisis dan melemahkan kepercayaan investor.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...