Garuda Maintenance Rugi Rp 50 M Akibat Pembengkakan Beban Usaha
Selain itu, menyusutnya pendapatan lain-lain perseroan dari US$ 7,9 juta menjadi hanya US$ 1,9 juta juga ikut mengakibatkan perseroan akhirnya membukukan rugi sebelum pajak US$ 2,1 juta. Angka ini berbanding terbalik dibanding periode sebelumnya yang mencatat laba sebelum pajak US$ 21 juta.
(Baca: Erick Thohir Ungkap Banyak BUMN Terpukul Corona: Utang Naik, Kas Minus)
Adapun setelah dikurangi pajak penghasilan, perseroan akhirnya membukukan rugi tahun berjalan US$ 2,9 juta dan laba bersih US$ 3,18 juta.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Miliki Negara (BUMN), Erick Thohir menyatakan, pandemi virus corona telah berimbas terhadap operasional dan bisnis sejumlah perusahaan pelat merah di bidang maskapai penerbangan. Hal tersebut diungkapkannya dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR RI.
Salah satu sorotan Menteri BUMN yakni terkait kinerja induk GMF, PT Garuda Indonesia Tbk. Menurut Erick, Garuda merupakan perusahaan pelat merah yang situasinya paling mengkhawatirkan.
Sebab, emiten berkode GIAA tersebut memiliki utang jatuh tempo US$ 500 juta. Ditambah, situasi industri penerbangan saat ini sedang lesu akibat terhentinya beberapa penerbangan ke luar negeri. “Jadi, cashflow Garuda juga negatif,” jelasnya.