AS-Tiongkok Sepakat Damai Dagang Tahap I, IHSG Diramal Melemah
Pelaku pasar, menurut Hans, juga berharap terdapat penghapusan tarif sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang terus melambat semenjak perang dagang antara kedua negara dimulai. Meski begitu, kesepakatan tahap satu mengurangi kekawatiran pasar jelang tarif baru yang berlaku 15 Desember kemarin. Adapun pelaku pasar masih menunggu detail kesepakatan tersebut.
"Kami perkirakan IHSG pekan ini berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 6.139 sampai 6.095 dan resistance di level 6.210 sampai 6.250," katanya.
Sementara khusus perdagangan hari ini, Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan memprediksi IHSG juga terkoreksi secara teknikal, dengan area support di level 6.178-6.158. Sementara, area resistance berada di level antara 6.216-6.207.
Selain dipengaruhi kesepakatan dagang AS-Tiongkok , IHSG akan dipengaruhi sentimen dari dalam negeri. "Investor akan menunggu rilis data neraca perdagangan," katanya.
Badan Pusat Statistik atau BPS dijadwalkan mengumumkan neraca perdagangan pukul 11.00 WIB.
(Baca: Harga Saham Adaro Melesat di Tengah Anjloknya Saham Emiten Batu Bara)
Adapun beberapa saham yang bisa diperhatikan oleh investor pasar modal pada hari ini yaitu saham Indo Tambangraya Megah dengan kode saham ITMG. Bank Negara Indonesia atau BBNI, dan Sawit Sumbermas Sarana atau SSMS.
Berbeda, Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi yang memprediksi IHSG hari ini bergerak menguat secara teknikal. Adapun sentimen yang bakal mempengaruhi investor pasar modal, yaitu kesepakatan fase satu perang dagang antara AS-Tiongkok.
"Kami perkirakan IHSG akan bergerak cenderung menguat terkonsolidasi. Rentan pergerakan berada pada area support dan resistance di level 6.178-6.220," katanya.
Menurut Lanjar, saham-saham yang masih menarik secara teknikal, di antaranya Wijaya Karya atau WTON, Semen Indonesia atau SMGR, Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul atau SSIDO. Lalu Unilever Indonesia atau UNVR, Bank Rakyat Indonesia atau BBRI, dan Astra Internasional atau ASII.