Bukit Asam Akan Bangun Pelabuhan Rp 4,2 Triliun di Sumatera Selatan
Pada Kuartal III 2019, laba bersih perusahaan turun 20,5% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 3,1 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya beban pokok pendapatan 12,9% menjadi Rp 10,5 triliun.
Biaya angkutan kereta api menjadi penyebab terbesar naiknya beban pokok pendapatan. Sebab, volume pengangkutan batu bara juga meningkat. Selain itu, biaya jasa penambangan naik karena rata-rata nisbah kupas atau stripping ratio bertambah.
(Baca: Hindari Pasar Tiongkok, Bukit Asam Perluas Pasar Non-Tradisional)
Nisbah kupas Bukit Asam naik 12% secara tahunan menjadi 4,6 bcm per ton hingga September 2019. Kenaikan ini disebabkan oleh produksi batu bara kalori tinggi atau 6.100 kkal/kg GAR mencapai 1,9 juta ton.
Di satu sisi, harga batu bara turun 7,8% yoy menjadi Rp 775.675 per ton. Hal ini disebabkan oleh harga pada indeks Newcastle turun 25% secara tahunan menjadi US$ 81,3 per ton.
Pendapatan perusahaan pun tercatat naik 1,37% yoy menjadi Rp 16,25 triliun. Sedangkan aset Bukit Asam mencapai Rp 25,2 triliun, dengan kas dan setara kas sebesar Rp 4,2 triliun per 30 September 2019.
(Baca: Harapan Bukit Asam untuk Dirut Holding BUMN Pertambangan yang Baru)