Roller Coaster Saham RIMO di Tangan Benny Tjokro

Asep Wijaya
14 November 2017, 09:59
Bursa saham
Katadata | Arief Kamaludin

Namun, harga saham RIMO terus merosot dalam tiga pekan terakhir ini seiring aksi jual saham yang dilakukan Benny. Pada Jumat lalu (10/11) misalnya, dia melego 7,19 juta saham RIMO. Per 10 November lalu, Benny mengempit 39,24% saham RIMO atau berkurang hampir separuh dari kepemilikannya pasca rights issue Maret lalu sebanyak 76,47% saham.

Benny membantah, akrobat harga saham RIMO merupakan bagian dari skenarionya untuk meraup untung. Menurut dia, penurunan tajam harga saham RIMO saat ini karena aksi jual biasa dan hal normal dalam perdagangan saham. “Itu hanya banyak yang menjual saja, bukan saya," katanya seperti dikutip Kontan.

Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi melihat, kenaikan harga saham RIMO sebelumnya akibat dari lonjakan kinerja penjualan dan laba perusahaan yang cukup signifikan pasca mengakuisisi Hokindo.

Tapi, setelah pengendali RIMO menjual separuh kepemilikan sahamnya, banyak investor yang beranggapan akan terjadi aksi ambil untung. “Akhirnya, investor banyak yang berspekulasi (menjual sahamnya),” katanya. Bahkan, beberapa investor memilih cut loss.

Apalagi, menurut sumber D-Inside, para investor sudah lama mengenal aksi Benny di bursa saham. Pada Maret 1997, Benny dan adiknya Teddy Tjokro pernah menggoncang pasar modal karena kasus Bank Pikko. Harga saham bank itu naik 20%. Belakangan diketahui Benny bersama dengan afiliasinya, memecah order beli dan jual saham Bank Pikko melalui sejumlah perusahaan efek.

Pembentukan harga secara semu itu menyebabkan banyak investor melakukan spekulasi melalui transaksi short selling, yaitu menjual saham yang belum dimiliki dengan harga tinggi dengan harapan akan dibeli kembali saat harganya turun. Saham itu biasanya dipinjam dari broker atau perusahaan sekuritas.

Akibatnya, 52 dari 127 perusahaan sekuritas mengalami gagal serah saham Bank Pikko. Otoritas pasar modal kala itu memberi sanksi kepada Benny untuk mengembalikan keuntungan dari transaksi Bank Pikko sebesar Rp 1 miliar kepada negara.

Nama Benny juga muncul saat fluktuasi saham PT Hanson International Tbk (MYRX). Identik seperti RIMO, Hanson yang semula bernama PT Mayeretex Indonesia Tbk ini berganti haluan tahun 2007 dari tekstil menjadi energi dan mineral. Perubahan usaha itu diikuti dengan rights issue dan sempat membuat harga saham Hanson naik tinggi.

Tapi, penurunan harga komoditas turut memukul kinerja Hanson dan harga sahamnya. Tahun 2013, laba Hanson merosot hampir 100% menjadi hanya Rp 200 juta. Belakangan, perusahaan ini mengubah lagi fokus bisnisnya ke sektor properti.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...