Soros Peringatkan Krisis 2008 Bisa Terulang Gara-Gara Cina

Yura Syahrul
8 Januari 2016, 11:25
bursa saham
Agung Samosir|KATADATA

Sebelum tahun 2008, Soros telah memperingatkan akan adanya potensi krisis. Pada september 2011, dia menyatakan krisis utang di Yunani bakal lebih besar dari krisis 2008.

Kini, Soros kembali mengutarakan ramalannya berdasarkan kondisi yang tengah terjadi di Cina. Awal tahun ini, bermula dari indeks manufaktur Desember 2015 Cina yang di bawah perkiraan para analis sehingga memukul banyak bursa saham di dunia karena kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi Cina semakin besar. Bloomberg mencatat, hampir US$ 2,5 triliun amblas sejak awal 2016 hingga Rabu lalu akibat bergugurannya harga saham di seluruh dunia.

(Baca: Dana Asing Kabur Rp 22,6 Triliun, IHSG Anjlok 12 Persen Selama 2015)

Kabar buruk terus berlanjut. Kamis lalu (7/1), bank sentral Cina, People’s Bank of China (PBoC) telah memotong suku bunganya sehingga mata uang renminbi melorot ke level terendah terhadap dolar AS sejak Agustus tahun lalu. Alhasil, indeks CSI 300 di bursa China merosot lebih 7 persen pada pembukaan perdagangan hari Kamis sehingga memicu pengaktifan otomatis penghentian perdagangan di bursa sahamnya.

Kondisi ini menjalar ke pasar saham di Asia, Eropa, hingga Amerika. Kamis malam, indeks bursa saham di AS anjlok lebih 2 persen. Chicago Board Options Exchange Volatility Index, indeks yang dikenal sebagai pengukur ketakutan investor, melejit naik 13 persen. Sedangkan Nikkei Stock Average Volatility Index, yang mengukur biaya perlindungan pada saham-saham di bursa Jepang, telah naik 43 persen sejak awal tahun ini.

"Gejolak pasar pekan ini menunjukkan tidak ada seorangpun yang tahu kebijakan sebenarnya sekarang. Atau cuma pemerintah sendiri yang tahu atau mampu menerapkan kebijakan itu," kata DBS dalam catatan valuta asing, Jumat (8/1). "Pesan pasar itu keras dan jelas untuk mengetahui kejelasan di waktu mendatang."

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...