Bursa Saham Global Menghijau Meski Hubungan AS-Tiongkok Kian Panas

Happy Fajrian
2 Juni 2020, 07:15
bursa saham global, bursa saham, amerika serikat, tiongkok,
ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid/AWW/dj
Pialang menggunakan masker saat bekerja, di hari pertama perdagangan langsung sejak penutupan akibat wabah penyakit virus corona (COVID-19) di lantai bursa Bursa Saham New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat, Selasa (26/5/2020).

Menghijaunya bursa saham global didorong oleh ekspektasi investor terhadap rebound-nya perekonomian global setelah sejumlah negara mulai melonggarkan karantina wilayahnya (lockdown) dalam melawan pandemi corona.

(Baca: Kasus Virus Corona Makin Merebak, Bursa Saham Global Rontok)

Seperti aktivitas manufaktur di Perancis yang terus meningkat sepanjang bulan Mei pasca-lockdown selama dua bulan terakhir. Kemudian aktivitas pabrik-pabrik di Tiongkok tumbuh melambat pada Mei 2020 namun sektor jasa dan konstruksi di sana terus meningkat.

Sementara kegiatan manufaktur di AS terus meningkat sepanjang bulan lalu setelah menyentuh level terendahnya dalam 11 bulan terakhir pada April. Meski demikian pemulihan ekonomi pasca Covid-19 diprediksi membutuhkan waktu lebih dari setahun karena tingginya pengangguran di sana.

Analis memprediksi pengangguran di AS pada Mei naik menjadi 19,8%, dengan nyaris 30 juta orang kehilangan pekerjaannya. Kerusuhan aksi solidaritas terhadap George Floyd juga berpotensi menekan perekonomian AS.

(Baca: Guyuran Stimulus Global Tahan Penurunan Bursa Saham Asia)

Adapun bursa saham global telah anjlok seiring dengan penurunan harga minyak dunia dan penyebaran virus corona (Covid-19). Hingga pertengahan Maret 2020, bursa saham Italia turun paling dalam hingga 24,8%. Adapun kinerja sejumlah bursa saham di dunia dapat dilihat pada databoks berikut ini.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...