IHSG Turun 1,25%, Saham BCA Paling Banyak Dijual Asing

Sorta Tobing
18 Juni 2020, 18:17
IHSG melemah, saham bca, bank indonesia, penurunan bunga acuan bi
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (18/6) ditutup turun 1,25% ke level 4.925,25.

(Baca: Proyeksi Suram Ekonomi Indonesia Kuartal II dan Dampak Turunannya)

BI Perkirakan Ekonomi Hanya Tumbuh 0,9%-1,9%

Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan suku bunga BI Seven-Day Reverse Repo Rate turun 25 basi s poin ke level 4,25%. Penurunan ini seharusnya menjadi stimulus positif bagi pasar modal karena jumlah uang beredar naik, termasuk ke pasar modal.

Tapi pasar nampaknya masih mencermati kondisi dunia yang belum stabil karena pandemi corona. Beijing, Tiongkok melaporkan wabah Covid-19 muncul kembali di kota itu. Jumlah angka kasusnya secara global hampir mendekati angka 8,5 juta orang.

Ketegangan hubungan di Semenanjung Korea juga menambah ketidakpastian global. Begitu pula dengan bentrokan militer Tiongkok dan india di Ladakh, Kashmir, wilayah yang menjadi sengketa. Sebanyak 20 tentara India tewas dalam insiden dua hari lalu.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini hanya akan tumbuh 0,9% sampai 1,9%. Gubernur Perry Warjiyo mengatakan perekonomian akan kembali naik pada 2021 dengan pertumbuhan 5% sampai 6%. “Didorong dampak perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan pemerintah dan BI,” ucapnya.

(Baca: BI Beri Insentif 1,5% Untuk Penempatan GWM Bank Mulai Agustus)

Selain itu, beberapa indikator dini permintaan domestik juga mengindikasikan perekonomian telah berada di level terendah dan mulai memasuki tahapan pemulihan. Hal ini tercermin dari penjualan semen, penjualan ritel, purchasing manager index (PMI), dan ekspektasi konsumen yang lebih baik dari capaian bulan sebelumnya.

Bank sentral, ucap dia, memperkirakan proses pemulihan ekonomi mulai menguat pada triwulan ketiga. "Peningkatan sejalan relaksasi PSBB sejak pertengahan Juni serta stimulus kebijakan yang ditempuh," ujarnya.

Berbagai indikator dini pada Mei secara bertahap membaik seperti kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari kenaikan PMI Manufaktur dan konsumsi listrik di Tiongkok, pertumbuhan positif sektor properti di Tiongkok dan Amerika Serikat, serta perbaikan PMI jasa di Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, meskipun masih pada level yang rendah.

Maka dari itu, perkembangan ini disebutkan ia, mengurangi ketidakpastian di pasar keuangan global dan mendorong aliran modal global ke negara berkembang serta mengurangi tekanan nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...