Wall Street Gagal Bangkit dari Kejatuhan Besar, Indeks Terkoreksi Tipis 0,04%

Nur Hana Putri Nabila
12 Agustus 2024, 06:35
Wall street, indeks, bursa amerika serikat, saham
NYSE
Bursa efek New York atau Wall Street
Button AI Summarize

Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street naik pada perdagangan saham hari Jumat (9/8). Meski begitu, indeks gagal membalikkan kerugian dari kejatuhan pada Senin (5/8).

S&P 500 tercatat naik 0,47%, berakhir pada level 5.344,16. Nasdaq Composite naik sebesar 0,51%, pada level 16.745,30. Sedangkan, Dow Jones Industrial Average naik tipis 51 poin, atau 0,13%, berakhir pada level 39.497,54.

Indeks pasar secara keseluruhan mencatat penurunan sebesar 0,04% pada minggu ini. Pada sesi perdagangan Jumat, indeks sempat membalikkan kerugian dari kejatuhan di awal pekan, namun sebagian kenaikan tersebut akhirnya hilang dengan Indeks blue-chip Dow dan Nasdaq, yang berbasis teknologi, masing-masing turun 0,6% dan 0,18%.i

Mnggu ini merupakan minggu paling tidak stabil sepanjang 2024 untuk pasar saham. Pada Senin lalu, Dow anjlok hingga 1.000 poin, sementara S&P 500 merosot 3%, menandai hari terburuknya sejak 2022.

Aksi jual ini dipicu oleh data gaji AS yang mengecewakan dari minggu sebelumnya dan kekhawatiran investor bahwa Federal Reserve terlambat menurunkan suku bunga. Selain itu, penghentian perdagangan mata uang yang populer oleh hedge fund turut memperparah situasi.

Namun, indeks-indeks utama berhasil mencatat kenaikan, dengan laporan klaim pengangguran mingguan yang positif pada Kamis (8/8), membantu meredakan kepanikan investor terkait ekonomi AS.

S&P 500 melonjak 2,3%, menandai hari terbaiknya sejak November 2022. Indeks Dow yang terdiri dari 30 saham melonjak sekitar 683 poin, sementara Nasdaq Composite, yang didominasi oleh saham-saham teknologi, naik hampir 2,9%.

Pada posisi terendah di hari Senin lalu, S&P 500 anjlok hampir 10% dari level tertinggi sepanjang masa, sementara Nasdaq Composite memasuki wilayah koreksi penuh dengan penurunan lebih dari 10%.

Indeks Volatilitas Cboe, yang digunakan Wall Street untuk mengukur tingkat ketakutan, mencapai level tertinggi yang terakhir terlihat selama pandemi Covid-19 dan krisis keuangan hebat 2008.

Meskipun demikian, para investor memanfaatkan anjloknya Wall Street untuk membeli saham dengan keyakinan bahwa krisis atau resesi besar tidak akan terjadi.

Penurunan di minggu sebelumnya lebih disebabkan oleh hedge fund yang menjual investasi mereka pada yen Jepang yang harganya murah, bukan karena adanya ancaman serius terhadap ekonomi.

Selain itu, bukan hanya pasar ekuitas yang mengalami volatilitas selama minggu ini. Imbal hasil Treasury 10 tahun sempat turun di bawah 3,70% sebelum naik kembali ke level 4% pada hari Kamis. Imbal hasil tersebut diperdagangkan sekitar 3,94% pada akhir pekan.

CEO Infrastructure Capital Advisors, Jay Hatfield, menjelaskan bahwa perdagangan yang bergejolak ini biasa terjadi di akhir musim panas, ketika arus informasi berkurang dan musim laporan keuangan mulai mereda.

Menurutnya, ini bukan tanda-tanda bahwa ekonomi tengah memburuk. "Sebagian besar aksi jual di pasar berasal dari "hedge fund" dan bukan dari investor jangka panjang," ujarnya dikutip dari CNBC pada Senin (12/8).

Menurut dia pemulihan pasar setelah aksi jual yang tidak stabil adalah hal yang wajar. Kondisi seperti ini sering terjadi pada Agustus dan September, ketika aktivitas pasar cenderung menipis, hedge fund beroperasi secara agresif, dan pergerakan pasar menjadi tidak rasional.

“Aktivitas pasar baru-baru ini tidak berpengaruh pada prospek jangka panjang kami," katanya.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...