Sejarah Perang Mata Uang, Sejak Depresi Besar hingga AS vs Tiongkok

Safrezi Fitra
6 Agustus 2019, 18:53
perang dagang, Amerika, AS, Tiongkok, China, perang mata uang, currency war
Dilok Klaisataporn/123RF.com

Pada Maret 2009, Ted Truman yang pertama memperingatkan bahaya perang mata uang meletus. Peringatan ini terbukti, sebagian negara-negara dunia berkompetisi melemahkan mata uangnya. Pada 27 September 2010, Menteri Keuangan Brasil Guido Mantega mengatakan kondisi dunia di tengah-tengah perang mata uang internasional.

Mantega merujuk pada langkah berbagai negara yang berusaha mendevaluasi nilai tukar mereka, termasuk Tiongkok, Jepang, Kolombia, Israel dan Swiss. Sebulan kemudian diskusi tentang perang mata uang dan ketidakseimbangan ekonomi dunia mendominasi pembahasan para kepala negara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Terimbas Depresiasi Yuan, Rupiah dan Mata Uang Asia Melemah

Sejarah Perang Mata Uang Dunia Tak Lepas dari Krisis AS

Perang mata uang adalah kondisi ekonomi dunia, di mana negara-negara besar bersaing melemahkan nilai mata uangnya ke level terendah. Hal ini dilakukan agar produk-produk yang mereka hasilkan bisa laku terjual di negara lain. Dalam sejarah dunia, perang mata uang ini sudah pernah terjadi 90 tahun lalu.

Kejatuhan bursa saham New York pada 24 Oktober 1929 hingga puncak terparahnya pada 29 Oktober 1929, memicu keruntuhan perekonomian Amerika Serikat. Padahal, sebelumnya perekonomian negara ini tumbuh pesat, kekayaan negara meningkat lebih dari dua kali lipat. Inilah masa kemakmuran ekonomi di AS dan Eropa Barat atau disebut sebagai The Roaring Twenties.

(Baca: Tiongkok Picu Perang Mata Uang, Rupiah Loyo ke 14.276 per Dolar AS)

Depresi ekonomi AS pun menyebar hingga menghancurkan ekonomi negara industri maupun negara berkembang. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, diikuti penurunan pendapatan masyarakat, pajak, harga-harga barang.

Kota-kota besar di seluruh dunia terpukul, terutama yang pendapatannya bergantung pada industri berat. Pembangunan gedung-gedung terhenti, sedangkan di desa, harga produk pertanian anjlok 40-60 persen. Begitu pula dengan sektor primer lain seperti pertambangan dan perhutanan.

Inilah awal mula dari depresi besar (Great Depression) yang lazim dikenal sebagai Zaman Malaise, zaman ketika perekonomian dunia mengalami kesulitan. Saat itu, beberapa negara meninggalkan standar emas dalam perdagangan dan menggantinya ke mata uang mereka sendiri. Banyak dari negara-negara sengaja melemahkan mata uangnya demi merangsang ekonomi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...