Kredit Masih Lemah, Pemerintah Didorong Turun Tangan

Desy Setyowati
19 Oktober 2016, 19:32
Layanan bank
Arief Kamaludin|KATADATA

Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai dalam kondisi perlambatan ekonomi seperti saat ini dibutuhkan lebih dari sekedar kebijakan moneter. Sebab pangkal masalahnya adalah perlambatan ekonomi telah mengakibatkan berkurangnya permintaan masyarakat dan ujungnya menurunkan keuntungan bisnis. Alhasil, kemampuan pelaku usaha membayar utang juga rendah dan memicu kenaikan NPL. (Baca juga: Tekan Kredit Bermasalah, OJK Perketat Pengawasan Bank)

“Dalam kondisi siklus bisnis seperti ini yang bukan business as ussual, menurut saya pelonggaran kebijakan moneter perlu dikombinasikan dengan kebijakan lain yang sebenarnya akan krusial mendorong kembali pemulihan sisi permintaan perekonomian,” tutur Josua.

Menurut dia, menaikkan kembali batas bawah LDR juga tidak akan mendorong kredit. Sebab dilihat dari sisi potensi biaya (cost) yang ditanggung, bank akan memilih membayar denda karena tidak menyalurkan kredit ketimbang NPL meningkat. Langkah yang paling benar, pemerintah harus menjaga inflasi agar daya beli masyarakat tidak semakin terpuruk. Di lain sisi, pemerintah juga harus memperluas kesempatan kerja melalui proyek infrastruktur dan program padat karya.

Josua menambahkan, pemerintah perlu memperlonggar fiskal untuk meningkatkan aktivitas ekonomi. “Tapi untuk kondisi saat ini, pemerintah perlu memastikan optimalisasi penerimaan pajak sehingga ruang pelonggaran kebijakan fiskal dapat diimplementasikan,” kata dia. Jika tidak, belanja pemerintah harus terus dipangkas untuk menutupi kekurangan penerimaan negara. Alhasil, kemampuan pemerintah menggenjot ekonomi jadi terbatas.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makro Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menilai kenaikan NPL merupakan hal wajar di tengah perlambatan ekonomi. “Saya kira, ekonomi belum terlalu kuat. Wajar kalau dulu bisa bayar, lalu berkurang kemampuan bayar (utang),” kata Juda. Artinya, kredit bakal membaik seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi. Juda memperkirakan kredit hanya tumbuh 7-9 persen tahun ini. (Baca juga: BI Lihat Peluang Kenaikan Penyaluran Kredit di Kuartal IV).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...