Rupiah Kembali Tembus Rp 15.000/US$, Terimbas Rekor Baru Inflasi AS
"Ini bakal memvalidasi kebijakan bank sentral AS, The Fed untuk lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya karena ternyata inflasi AS masih dalam tren naik," kata Ariston dalam risetnya, Kamis (14/7).
Seperti diketahui, The Fed sudah mengerek bunga acuannya 75 bps pada pertemuan bulan lalu. Kenaikan bunga diramal berlanjut tahun ini dengan besraa 50-75 bps. Pasar juga mulai bertaruh The Fed akan mengerek bunga hingga 100 bps untuk meredam inflasi.
Dari dalam negeri sendiri, kenaikan inflasi karena kenaikan harga pangan menjadi kekhawatiran tersendiri yang bisa menekan rupiah. Inflasi Mei sudah melampaui level atas target bank sentral. Kondisi ini bisa menurunkan daya beli masyarakat dan menekan pertumbuhan ekonomi.
Analis DCFX Lukman Leong juga memperkirakan rupiah masih akan tertekan hari ini di rentang Rp 14.925-Rp 15.050 per dolar AS tertekan data inflasi AS. Selain itu, indeks dolar diperkirakan akan kembali menguat dengan inversi yield curve obligasi AS tenor dua tahun dan 10 tahun yang terbesar sejak tahun 2000.
"Kekhawatiran resesi meningkat dan menekan aset serta mata uang beresiko," kata Lukman.