BMRI: Keputusan BI Tahan Suku Bunga Berpotensi Pacu Pertumbuhan Kredit

Patricia Yashinta Desy Abigail
18 Juli 2024, 17:09
kredit, suku bunga, rupiah
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Teller menata tumpukan uang di Kantor Bank Mandiri Cabang Braga, Bandung, Jawa Barat, Senin (18/4/2022).
Button AI Summarize

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menilai kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga dapat memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan kredit bank.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Teuku Ali Usman mengatakan, pertumbuhan kredit masih menunjukkan tren akselerasi hingga akhir semester pertama 2024.

Hal tersebut juga diikuti dengan permintaan kredit yang sehat sejalan dengan perekonomian yang masih resilien. Usman juga menyebut jika Bank Mandiri melihat masih ada peluang penguatan rupiah.

''Meski demikian, volatilitas nilai tukar rupiah tetap perlu diwaspadai dengan melihat dinamika politik di Amerika Serikat (AS) dan fluktuasi ekonomi global,'' kata Usman dalam keterangan resmi, Kamis (18/7).

Adapun, sampai dengan akhir Mei 2024 penyaluran kredit Bank Mandiri secara bank only masih mencatatkan pertumbuhan positif dengan kenaikan mencapai 19,5% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 1.152,53 triliun.

Realisasi kredit tersebut turut diikuti dengan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 12,9% secara yoy menjadi Rp 1.296,1 triliun. Angka ditopang oleh dana murah atau current account saving account (CASA).

Sejalan dengan kondisi fundamental makro ekonomi domestik yang masih baik, diikuti permintaan kredit yang positif, kami optimis kredit Bank Mandiri masih mampu tumbuh sesuai guidance di kisaran 13%-15% pada tahun 2024.

Adapun Bank Indonesia memutuskan menahan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 6,25% pada Juli 2024. Kemudian menahan suku bunga deposit facility sebesar 5,5%, dan suku bunga lending facility sebesar 7%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa keputusan tersebut konsisten dengan kebijakan moneter pro stability sebagai langkah untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025.

"Fokus kebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menarik aliran masuk modal asing," ucap Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/7).

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...