Imbas Corona, Tiga Perusahaan Retail Besar Merugi Ratusan Miliar

Image title
Oleh Ekarina
6 Agustus 2020, 13:04
Imbas Corona, Laba 3 Peretail Ini Anjlok hingga Rugi Ratusan Miliar.
ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/wsj.
Sejumlah pengunjung memilih pakaian yang dijual di Mal Ramayana, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (16/5/2020). Sepekan menjelang Idul Fitri, sejumlah pusat perbelanjaan mulai menawarkan berbagai potongan harga guna menarik minat pembeli.

Penjualan barang beli putus maupun konsinyasi segmen pakaian dan aksesoris maupun barang swalayan semuanya menurun. Berdasarkan laporan keuangan Ramayana, pada enam bulan pertama perusahaaan mencatat penjualan Rp 1,47 triliun, anjlok 57,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sekitar Rp 3,48 triliun.

Manajemen Ramayana menyatakan, akibat pandemi Covid-19, Ramayana telah menghentikan operasional sebagian besar gerainya. Hingga laporan keuangan disusun, masih terdapat beberapa toko yang belum beroperasi.

"Hal ini berdampak terhadap pendapatan perusahaan yang sudah turun lebih dari 50% maupun penurunan laba bersih lebih dari 75% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu" tulis manajemen Ramayana dikutip dari laporan keuangan perusahaan, dikutip Kamis (6/8).

Akibat menurunnya penjualan, laba kotor perusahaan ikut menyusut 60% menjadi Rp 613 miliar pada semester I 2020. Perusahaan juga membukukan rugi usaha Rp 53 miliar dari yang sebelumnya laba Rp 622 miliar akibat tertekan beban operasional serta laba bersih Rp 5,3 miliar. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya berpandangan, kinerja buruk emiten retail pada semester I tahun ini terutama disebabkan adanya PSBB diterapkan sejak April.

Sedangkan untuk Ramayana, dia menyebut tidak adanya cuti bersama Idul Fitri, serta lesunya daya beli masyarakat berpenghasilan rendah telah memukul penjualan perusahaan. Pasalnya, sebagian besar konsumen perusahaan disumbang kelompok tersebut. 

"Meskipun prospek ekonomi dan industri pada 2020 sangat suram, pembukaan kembali ekonomi dapat menjadi katalis jangka pendek, karena kami berharap roda ekonomi berputar dan meningkatkan daya beli secara bertahap," ujar dia dalam riset yang diterima katadata.co.id. 

Kontraksi Industri Retail 

Lesunya daya beli masyaakat akibat pandemi corona serta dampaknya ke sektor retail diamini Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo). Asosiasi memperkirakan pertumbuhan industri retail sepanjang kuartal kedua 2020 terkontraksi minus 2,5 hingga 3 % dibandingkan periode sebelumnya. 

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan, kinerja industri retail sangat bergantung pada kemampuan daya beli masyarakat. Sementara itu, selama pandemi corona, banyak sektor usaha lesu hingga merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Alhasil, banyak masyarakat kehilangan penghasilan. Di sisi lain, banyak pula masyarakat yang menahan belanja atau hanya memenuhi kebutuhan pokok saja. Indikasi pelemahan daya beli pun tercermin dari tingkat inflasi pada bulan Mei dan Juni sebesar 0,78% dan 0,82%.

"Kalau inflasi rendah itu bukan semata-mata karena harga barangnya turun tapi karena memang permintaannya tidak ada," kata Roy kepada katadata.co.id, Selasa (4/8).

Pemasukan industri retail pun sedikit tertekan akibat timbulnya biaya tambahan untuk menjalankan protokol kesehatan di pertokoan. Dengan omzet yang hanya tersisa 30-35% akhirnya mengikis pendapatan perusahaan.

Belum lagi dengan adanya kenaikan BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan serta tidak adanya subsidi listrik yang dialokasikan bagi pengusaha retail. "Bahkan kredit komersial yang dipergunakan oleh beberapa anggota kami itu belum mendapatkan relaksasi," kata Roy.

Oleh sebab itu, dia berharap pemerintah segera mempercepat penyaluran bantuan stimulus untuk menggerakkan konsumsi masyarakat. Pasalnya, penyaluran beberapa bantuan sosial maupun bantuan langsung tunai (BLT) dinilai masih sangat lambat.

Tercatat dari anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang jumlahnya mencapai Rp 695 triliun tingkat penyerapannya baru sekitar 20% atau setara Rp 141 triliun.

"Kami berharap Satgas pemulihan ekononmi nasional dan Menteri BUMN dapat merealokasikan Rp 100 triliun melalui 15 bank itu kiranya bisa masuk juga ke retail modern," kata dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...