Grup Astra Perluas Digitalisasi Perkebunan Sawit di Masa Pandemi

Image title
Oleh Ekarina
14 Oktober 2020, 13:30
Kiat Astra Agro Bawa Digitalisasi ke Operasional Bisnis Kebun Sawit.
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/pras.
Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, Jumat (10/7). Astra Agro mendorong efisiensi perusahaan melalui optimalisasi peralatan teknologi digital.

Di bidang pemasaran, perusahaan juga menerapkan strategi digital marketing, seperti melalui tender elektronik (e-tender) di masa pandemi. 

"Sedangkan untuk penetrasi global, kami mendukung penuh sustainability melalui adopsi sertifikasi Indonesia Sustainability Palm Oil (ISPO) untuk menangkal hambatan dagang sawit," katanya. 

Bukan rahasia umum, ekspor sawit Indonesia dan negara produsen lain kerap menghadapi hambatan di pasar global. 

Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat (AS) memblokir seluruh ekspor minyak sawit milik perusahaan asal Malaysia FGV Holding Bhd dan anak usaha terkait dugaan kerja paksa.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono khawatir anggapan tersebut tersebut digeneralisir ke seluruh perusahaan sawit dan digunakan pihak tertentu untuk menyudutkan komoditas sawit. Untuk menghalau tudingan ini, perusahaan harus memiliki sertifikasi berkelanjutan atau ISPO.

"Perusahaan yang sudah tersertifikasi ISPO tidak perlu dipertanyakan lagi praktek manajemen ketenagakerjaannya," kata Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono kepada katadata.co.id, Jumat (2/10).

Data Sekretariat ISPO menunjukkan, hingga 10 Maret 2020, lahan sawit yang telah tersertifikasi mencapai 5,45 juta hektare atau 33,27% dari total areal sawit. Sementara jumlah sertifikat ISPO yang sudah diterbitkan mencapai 621 terdiri dari 607 perusahaan, 10 koperasi swadaya, dan 4 Koperasi Unit Desa plasma.

Adapun ekspor minyak sawit Indonesia pada Agustus mencapai US$ 1,69 miliar, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1, 86 miliar.

Penurunan tersebut sejalan dengan volume ekspor Agustus yang melemah menjadi 2,6 juta ton dibandingkan 3,12 juta ton pada periode Juli 2020.

Hal ini diduga masih terpengaruh Covid-19 yang belum mereda, juga karena kenaikan harga minyak sawit yang menyebabkan adanya perbedaan cukup mencolok dengan harga minyak nabati lainnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...