Sritex Tunda Obligasi US$ 325 Juta, Pan Brothers Biayai Utang Valas

Image title
27 Januari 2021, 17:49
Sritex, pan brothers, surat utang global
lightwise/123rf
Ilustrasi. Sritex menunda penerbitan surat utang global senilai US$ 325 juta.

Wakil Direktur Utama Pan Brothers Anne Patricia Sutanto mengatakan, saat ini perusahaan tengah melakukan negosiasi dengan pihak kreditur untuk memperpanjang jatuh tempo. "Utang sindikasi, kami sedang proses extend," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (27/1).

Selain itu, Pan Brothers juga harus membayar bunga obligasi sebesar US$ 6,5 juta pada 26 Januari 2021. Anne mengatakan, pihaknya sudah memembayar bunga tersebut menggunakan dana kas perusahaan.

Meski begitu, pada 15 Januari 2021, lembaga pemeringkat Moody's Investors Service menurunkan peringkat Pan Brothers menjadi Ca dari Caa1. Pada saat bersamaan, Moody's juga menurunkan peringkat obligasi senior senilai US$ 171 juta yang rencananya dilunasi dengan global bond baru, menjadi Ca dari sebelumnya Caa1.

"Penurunan peringkat mencerminkan ekspektasi kami akan kemungkinan besar gagal bayar dalam waktu dekat," kata analis Moody's Stephanie Cheong dalam rilis peringkat yang diterbitkan 15 Januari 2021.

Penurunan peringkat itu juga mempertimbangkan peningkatan risiko restrukturisasi utang seiring dengan semakin dekatnya jatuh tempo fasilitas kredit sindikasi senilai US$ 138,5 juta pada 27 Januari 2021.

Risiko Kurs pada Global Bond

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai penerbitan surat utang berdenominasi mata uang asing oleh perusahaan tekstil berorientasi ekspor ini akan minim risiko kurs.

"Makanya perusahaan berani untuk menerbitkan global bond karena income-nya dalam bentuk dolar. Risiko kursnya untuk mereka lebih terbatas," kata Wawan kepada Katadata.co.id, Rabu (27/1).

Risiko kurs pada global bond berpotensi terjadi pada perusahaan yang tidak berorientasi pada ekspor dan pendapatannya dalam bentuk rupiah. Saat melakukan pembayaran, perusahaan harus mengkonversi pendapatan rupiahnya menjadi mata uang asing terlebih dahulu.

"Secara risiko, kalau terbitkan global bond itu tidak sebesar kalau perusahaan yang income-nya rupiah dalam menerbitkan global bond," kata Wawan.

Sritex dan Pan Brothers memang terkenal sebagai perusahaan tekstil berorientasi ekspor. Pada kuartal ketiga tahun lalu, Sritex mampu mengantongi penjualan senilai US$ 907,11 juta atau setara dengan Rp 12,69 triliun dalam sembilan bulan pertama 2020 lalu. Angka tersebut mampu tumbuh 1,35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Mayoritas penjualan Sritex diperuntukan untuk ekspor, dimana jumlahnya mencapai US$ 517,08 juta. Sedangkan penjualan di dalam negeri, mencapai US$ 390,03 juta.

Dengan capaian tersebut, Sritex mampu mengantongi laba bersih mencapai US$ 70,89 juta atau setara Rp 992,58 miliar. Raihan tersebut lebih besar hingga 103% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019 yang hanya US$ 34,76 juta atau setara Rp 486,72 miliar.


Adapun, Pan Brothers mampu mengantongi penjualan senilai US$ 523,78 juta atau Rp 7,33 triliun di kuartal ketiga 2020. Catatan itu mengalami pertumbuhan hingga 6,49% dibandingkan periode yang sama 2019.

Penjualan perusahaan sebagian besar berasal dari ekspor mencapai US$ 462,07 juta. Sedangkan penjualan di dalam negeri menghasilkan US$ 62,91 juta saja.

Pan Brothers mampu membukukan laba bersih senilai US$ 19,25 juta atau setara Rp 269,54 miliar selama sembilan bulan tahun lalu. Pertumbuhannya 0,43% dibandingkan kuartal III 2019.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...