Archi IPO Senin, Saham Perusahaan Peter Sondakh Kelebihan Pemesanan
PT Archi Indonesia Tbk mencatatkan jumlah pemesanan masuk baik selama masa bookbuilding (penawaran awal) maupun offering period melebihi jumlah saham yang ditawarkan ke pasar (oversubscribed). Entitas Grup Rajawali milik Taipan Peter Sondakh ini, bakal melantai di bursa saham setelah sempat menunda aksi korporasinya pada 2014 lalu.
Perusahaan pertambangan emas tersebut, rencananya akan menggunakan 90% dana hasil penjualan saham baru untuk membayar utang bank. Perusahaan secara resmi menyelesaikan masa Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) sahamnya dengan kode emiten ARCI pada Kamis (24/6).
Saham emiten tersebut, rencananya akan tercatat di papan perdagangan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (28/6). Berdasarkan prospektus awal yang terbit 31 Mei 2021, perusahaan berencana melepas maksimal 4,96 miliar saham ke publik atau setara 20% dari modal setelah IPO.
Adapun saham yang dilepas ke publik dengan nominal Rp 10 per unit itu terdiri dari, 5% saham atau 1,24 miliar saham baru dan 15% saham atau 3,72 miliar merupakan saham lama milik PT Rajawali Corpora.
Dalam IPO, Archi menggunakan Sistem Penawaran Umum Elektronik (e-IPO) sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.41/POJK.04/2020. Di mana, setiap perusahaan yang mendaftarkan rencana IPO tahun ini wajib menggunakan sistem e-IPO yang dikembangkan oleh penyedia sistem yang telah ditunjuk OJK, yakni BEI.
Berdasarkan Surat Edaran OJK No.15/SEOJK.04/2020, apabila jumlah pesanan ritel yang diperoleh dalam penawaran umum melebihi alokasi pesanan pooling (penjatahan terpusat) maka terdapat mekanisme penyesuaian alokasi clawback (penjatahan terpusat). Dengan begitu, kesempatan investor ritel untuk memperoleh alokasi atau penjatahan menjadi lebih besar.
Berkat mekanisme tersebut, pemesanan saham ARCI pada sistem pooling mengalami oversubscribed dari batas alokasi yang ditentukan. Dengan begitu, sistem e-IPO secara otomatis melakukan penyesuaian dengan menambah porsi ritel serta mengurangi porsi penjatahan pasti untuk investor institusi.
Archi sendiri memiliki rencana untuk melakukan ekspansi bisnis antara lain mendorong kegiatan eksplorasi tambang demi menemukan cadangan baru. Saat ini, Archi baru melakukan eksplorasi dan penambangan kurang dari 10% terhadap wilayah konsesi yang memiliki total luas keseluruhan sekitar 40.000 hektar (ha).
Di samping itu, perusahaan juga berencana menggandakan kapasitas pabrik pengolahan dalam lima tahun ke depan. Untuk keperluan ekspansi bisnis tersebut dan belanja modal lainnya, Archi telah menyiapkan kas internal untuk belanja modal sekitar Rp 1,2 triliun di tahun ini.
Kehadiran dana segar tambahan yang diperoleh dari IPO ini, sebagian besar atau sekitar Rp 850 miliar akan digunakan untuk pembayaran lebih awal atas pokok pinjaman yang masih akan jatuh tempo pada 2025. Sedangkan sisanya akan digunakan untuk peningkatan kegiatan operasional dan modal kerja umum.