Laba Naik 38,40%, Wika Gedung Bidik Kontrak Baru Rp 7,1 T Tahun Ini
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2021. Anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) ini membukukan laba bersih sebesar Rp 216,39 miliar tahun lalu atau naik 38,40% dibandingkan realisasi laba bersih di tahun 2020 sebesar Rp 156,34 miliar.
Peningkatan laba bersih tersebut didorong oleh pertumbuhan penjualan, namun tidak termasuk proyek kerja sama operasi di tahun 2021 yang mencapai Rp 3,17 triliun atau naik 12,74% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 2,81 triliun. Angka itu termasuk dari laba usaha bersama (joint venture/JV) sebesar Rp 83,05 miliar.
Sementara itu, total aset perseroan di 2021 mencapai Rp 5,97 triliun atau turun 1,17% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 6,08 triliun. Kemudian, ekuitas tercatat Rp 2,38 triliun atau tumbuh 8,50% dari sebelumnya sebesar Rp 2,19 triliun, serta kas dan setara kas hingga akhir tahun 2021 tercatat sebesar Rp 1,47 triliun.
Dari kinerja perusahaan tersebut mencerminkan current ratio 1,45 kali, net profit margin (NPM) pada 2021 sebesar 6,83% dan return on equity (RoE) sebesar 9,09%. Sedangkan, gearing ratio sebesar 0,22 kali dan debt to equity ratio (DER) sebesar 1,51 kali, jauh dari rasio utang 2 kali sebagai batas aman di industri konstruksi.
Sementara itu, terkait arus kas perusahaan per 31 Desember 2021, WEGE membukukan arus kas dari aktivitas operasi mencapai Rp 103,33 miliar yang berasal dari pencairan piutang serta pembayaran uang muka dari pelanggan.
"Arus kas positif ini menunjukkan bahwa operasi perusahaan dapat menghasilkan kas untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan," kata Direktur Utama WEGE, Nariman Prasetyo dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (15/3).
Nariman mengatakan, tahun lalu perseroan berkomitmen untuk fokus pada peningkatan laba, salah satunya melalui pengelolaan keuangan, terutama biaya dengan baik serta mampu mengendalikan kontrak-kontrak yang diperoleh melalui efisiensi pengendalian secara berjenjang, sentralisasi serta inovasi pada industri modular dan implementasi teknologi building information modelling (BIM).
Lebih lanjut, hingga Februari 2022, kontrak baru WEGE mencapai Rp 678,53 miliar atau 9,55% dari target kontrak baru tahun ini sebesar Rp 7,10 triliun. Dari perolehan tersebut, realisasi kontrak dihadapi atau order book hingga Februari 2022 menjadi Rp 8,93 triliun.
Adapun, komposisi perolehan kontrak baru per akhir Februari 2022 tersebut terdiri dari proyek BUMN sebesar 98,13% dan swasta 1,87% dengan tipe proyek perkantoran sebesar 97,62% dan komersial sebesar 2,38%.
“Kami optimistis target kontrak baru 2022 sebesar Rp 7,1 triliun dapat tercapai. Kami menargetkan perolehan kontrak baru pada semester pertama sebesar Rp 4 triliun untuk proyek bandara, gedung fasilitas, modular, konsesi dan pracetak gedung yang akan diperoleh dalam waktu dekat ini,” kata dia.
WEGE menargetkan akan memperoleh kontrak dihadapi sebesar Rp 16,16 Triliun. Target tersebut terdiri dari target kontrak baru sebesar Rp 7,10 triliun dan Carry Over tahun 2022 sebesar Rp 9,06 triliun.
Komposisi perolehan target kontrak baru 2022 rencananya berasal dari pemerintah 53,62%, BUMN sebesar 32,58%, dan swasta 13,79%. Komposisi proyek-proyek tersebut merupakan target minimal WEGE sebesar Rp 7,1 triliun yang merupakan target utama yang akan dicapai tahun ini. Selain itu, WEGE juga memitigasi dengan menyasar kontrak baru cadangan.
Kemudian, untuk target pendapatan total, termasuk pendapatan joint operation 2022 sebesar Rp 5,87 triliun atau naik 52,88% dari RKAP 2021 sebesar Rp 3,84 triliun. Perseroan juga menargetkan laba bersih mencapai Rp 319,65 miliar atau tumbuh 37,98% dari RKAP 2021.
"Untuk pengembangan bisnis di tahun 2022, perusahaan menggelontorkan belanja modal sebesar Rp 315,50 miliar, yang diperuntukkan untuk capital employed sebesar Rp 300 miliar, dan investasi sebesar Rp 15,50 miliar," ujar Nariman.