On The Track, Tahun Ini BTN (BBTN) Siap Ukir Rekor Laba Tertinggi
Lompatan kinerja keuangan tersebut dinilai sejumlah analis sebagai modal besar BTN dalam pelaksanaan Penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue. Dengan lonjakan kinerja tersebut, kepercayaan investor terhadap rights BBTN tentu akan meningkat.
BTN masih dalam proses rights issue dengan target dana Rp 4,13 triliun, termasuk penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 2,48 triliun. BBTN akan mempergunakan modal tersebut untuk mendukung pembiayaan perumahan termasuk KPR subsidi.
Sekedar mengingatkan saat ini BTN sedang menggelar pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau exercise rights mulai 28 Desember 2022 hingga 5 Januari 2023.
Distribusi HMETD telah dilakukan pada Selasa (27/12) ini dengan kode BBTN-R. Para pemegang HMETD berhak untuk menukarkan hak tersebut menjadi saham baru BBTN dengan harga pelaksanaan Rp 1.200.
Dengan harga pelaksanaan rights issue Rp 1.200 maka itu setara dengan 0,58x price to book value (PBV). Hal ini mengindikasi bahwa saham dan harga rights issue BBTN masih lebih murah dibandingkan bank besar lainnya yang memiliki valuasi di atas 2x PBV.
Jual Kredit Macet
Di sisi lain, BTN kata Nikson akan menjual aset properti yang menjadi sumber kredit macet atau non performing loan (NPL). Nilai penjualan aset tersebut mencapai sekitar Rp 1 triliun, mayoritas properti apartemen.
"Ada tujuh pengembang yang asetnya kami bungkus untuk dijual. Ini memang terobosan baru dalam penyelesaian kredit macet saat ini," katanya.
Nixon menambahkan, penjualan aset yang akan rampung di Januari 2023 tersebut turut menggandeng Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan (BPKP), Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan beberapa lainnya. "Semua BUMN related," tambahnya.
Nikson menambahkan, nanti Rp 1 hutang akan dibayar dengan Rp 1 sukuk. Sukuk tersebut akan jatuh tempo dalam 9-10 tahun kedepan. BTN pun dengan aksi ini tidak akan mengakui hasil dari penjualan NPL ini ke porsi laba tahun depan.
“Saya tidak mau dianggap windows dressing juga. Kita janji rilis CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) atas benda macet ini akan tetap ada di CKPN sehingga coverage-nya naik. Tidak akan kami akui sebagai laba,” ucap dia.