5 Broker Ramal Laba Mitratel Tembus Rp 2 Triliun, Berikut Penopangnya
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menjelaskan pencapaian kinerja semester I-2023 merupakan hasil dari ekspansi yang digelar beberapa tahun terakhir.
Sejak sebelum IPO pada November 2021, perseroan mengakuisisi ribuan menara, memperluas jaringan fiber optik dan meningkatkan bisnis pendukung. Ekspansi ini dilakukan serentak terutama di luar Pulau Jawa.
“Kami melakukan ekspansi sejalan dengan pergerakan pelaku industri operator telekomunikasi yang agresif bergerak ke luar Jawa,” kata Teddy, saat temu media di Jakarta.
Permintaan di luar Jawa akan terus meningkat, dipacu oleh pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. “Sekarang kami menikmati musim panen dari strategi yang kami lakukan sebelumnya.”
Tantangan pelaku industri menara ke depan adalah kemampuan monetisasi aset dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Dari sinilah perseroan dapat meningkatkan pendapatan dengan beban biaya relatif lebih rendah karena mengoptimalkan potensi aset eksisting.
Teddy mengaku banyak menuai pertanyaan dari investor perihal daya tumbuh perusahaan di tengah jumlah penguasaan menara dan serat optik saat ini. Ia menyatakan, ruang pertumbuhan masih terbuka lebar.
“Fokus kami saat ini adalah monetisasi bisnis, optimalisasi aset dan meningkatkan kualitas pelayanan. Ini akan menjadi titik baru pertumbuhan bisnis Mitratel,” katanya.
MTEL bisa mendulang pendapatan baru dari menara eksisting dengan menambah produk layanan. Hal yang sama juga terjadi pada bisnis serat optik. “Monetisasi ini akan terus berlanjut ke peluang bisnis lain, terutama ketika permintaan pelanggan terhadap layanan 5G terus meningkat,” ujarnya.
Pada perdagangan Rabu ini, harga saham Mitratel tercatat naik 1,50% ke level Rp 675 setiap saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 56,38 triliun. Sejak awal tahun, saham MTEL masih terkoreksi 15,63%.