Riset Bain: Pebisnis di Indonesia Belum Siap Hadapi Ancaman Resesi

Hari Widowati
9 Desember 2019, 18:16
resesi global, pebisnis Indonesia, survei Bain & Company, krisis ekonomi, krisis finansial global, produktivitas, merger dan akuisisi
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Riset Bain & Company menunjukkan hanya 20% pemimpin perusahaan di Asia Tenggara memiliki strategi untuk menghadapi penurunan ekonomi.

(Baca: Jokowi Sebut Ramalannya Soal ‘Winter Is Coming’ Jadi Kenyataan)

Memanfaatkan Penurunan sebagai Peluang

Pemenang bisa memisahkan diri dari pecundang selama krisis yang lalu dan memperlebar selisih keuntungan selama ekspansi terjadi. Dengan membayangkan seperti apa pertumbuhan bisnis perusahaan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, para pebisnis bisa memanfaatkan penurunan ekonomi sebagai peluang untuk mencapai pertumbuhan di masa depan melalui operasi yang lebih efisien dan investasi yang selektif di saat harga-harga aset dan biaya pinjaman lebih rendah.

Analisis Bain selama krisis keuangan global 2008-2009 menunjukkan, 200 perusahaan publik di Asia Tenggara mencatat rata-rata pertumbuhan laba bisnis dobel digit. Ketika badai krisis datang, kinerja mereka langsung berubah. Kelompok perusahaan yang menjadi pemenang, secara mencatat rata-rata pertumbuhan laba disetahunkan (CAGR) sebesar 20% pada 2007-2009.

Adapun kelompok perusahaan yang tidak siap menghadapi krisis, hanya mencatat rata-rata pertumbuhan laba 2% per tahun. Pada periode 2012-2017, kelompok pemenang mencatat rata-rata pertumbuhan laba 7% sedangkan kelompok pecundang mengalami pertumbuhan laba negatif 3%.

IHSG DITUTUP MELEMAH
Ilustrasi, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Bain & Company memberikan empat tips yang bisa dilakukan perusahaan untuk menghadapi risiko resesi:

1. Fokus pada biaya produktivitas tanpa memangkas tenaga kerja. Bain menganalisis biaya produktivitas dari 200 perusahaan publik di Asia Tenggara pada periode 2007-2009. Perusahaan-perusahaan yang berhasil bertahan memiliki rerata pertumbuhan laba disetahunkan sebesar 10% yang berasal dari biaya produktivitas. Perusahaan-perusahaan yang masuk kategori pecundang hanya memiliki pertumbuhan laba 2% per tahun dan biaya produktivitasnya turun 2 poin.

2. Menempatkan keuangan perusahaan pada tempatnya. Perlambatan ekonomi seringkali merusak neraca perusahaan. Para pemenang mampu mengelola neraca secara strategis. Mereka mengelola kas dengan ketat, belanja modal dan modal kerja, semua menjadi bahan bakar untuk diinvestasikan sesuai siklus ekonomi. Banyak perusahaan menjual aset-aset non-inti agar mereka bisa memperbesar investasi pada aset inti atau mengeksplorasi model kepemilikan baru di industri yang padat modal.

3. Bermain menyerang dengan berinvestasi secara selektif untuk pertumbuhan komersial. Berdasarkan pengalaman krisis yang lalu, perusahaan yang kuat justru berani melangkah di saat koleganya fokus pada upaya untuk bertahan atau menunggu hingga kondisi ekonomi membaik.

4. Mengejar aksi merger dan akuisisi secara proaktif. Krisis yang lalu membuka peluang terjadinya merger dan akuisisi untuk mengubah portofolio bisnis. Akuisisi menghasilkan lini produk baru, segmen konsumen, atau kapabilitas dengan harga yang lebih murah. Pemain lainnya memilih keluar dari bisnis yang tidak sesuai dengan strategi perusahaan di masa depan.

"Pemimpin bisnis di Indonesia dan Asia Tenggara menyadari pentingnya persiapan untuk menghadapi penurunan ekonomi. Bahkan, jika perusahaan mereka belum pernah merasakan pahitnya krisis dan saat ini fokus untuk mengelola pertumbuhan," kata Kepala Bain & Company di Singapura, Tanguy Morin.

Langkah yang diambil berdasarkan pengalaman di masa lalu akan memandu bisnis mereka, agar tahan terhadap dampak perlambatan ekonomi dan mampu mengalahkan kompetitor yang tidak siap dan jatuh saat menghadapi tantangan ekonomi.

(Baca: BI Sebut Ekonomi Global Belum Membaik, Ekonom Bicara Risiko Resesi AS)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...