Indef Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan Cuma 4,8%

Hari Widowati
26 November 2019, 17:40
pertumbuhan ekonomi 2020, proyeksi INDEF, perang dagang, investasi, konsumsi, ekspor
ANTARA FOTO/Galih Pradipta
INDEF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 hanya tumbuh 4,8%.

“Investasi masuk, tapi tidak menumbuhkan tenaga kerja malah ke sektor tersier, perdagangan, dan sektor telekomunikasi. Meskipun sudah ada insentif padat karya untuk mereka tapi tidak menarik,” kata Tauhid.

Defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan masih terus terjadi hingga tahun depan. Tauhid mengatakan, persoalan impor minyak dan gas (migas) di Indonesia belum ditangani dengan baik. Konsumsi migas yang besar menjadi masalah bagi neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.

Masalah lainnya muncul dari Tiongkok yang ingin beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan (green energy). Padahal, selama ini Tiongkok merupakan mitra perdagangan terbesar bagi Indonesia di sektor migas dan pertambangan.

(Baca: Tangkal Dampak Resesi Global, Kadin Ungkap Sejumlah Rekomendasi )

Berharap pada Omnibus Law

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, optimistis pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3% pada tahun depan.

“Kalau omnibus law selesai, (pertumbuhan) bahkan bisa lebih tinggi dari 5,3%" ujarnya. Ketegangan antara AS dan Tiongkok juga diperkirakan mulai mereda karena sudah ada titik temu. Dalam paparannya, Iskandar menjelaskan ada 70 undang-undang yang diidentifikasi oleh pemerintah dan akan disederhanakan dengan omnibus law. Hal ini diyakini akan meningkatkan iklim investasi, mendorong daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta menciptakan lapangan kerja.

(Baca: Ekonom Sebut Dunia Usaha Harus Waspadai Ketidakjelasan Aturan di 2020)

Pemerintah juga optimistis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai instrumen kebijakan fiskal dapat mendukung ekonomi indonesia melalui fungsi stabilitas, distribusi, dan alokasi. Ketiga fungsi ini dapat menjaga konsumsi sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, meningkatkan daya saing sumber daya manusia, dan melakukan reformasi struktural pada badan-badan pemerintahan. Iskandar juga berharap pada sektor konsumsi sebagai motor pertumbuhan ekonomi Indonesia, didukung oleh sektor pertambangan sebagai sektor usaha yang memiliki prospek yang paling tinggi.

Penulis: Amelia Yesidora (Magang)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...