Ekonomi AS Tumbuh Melambat, The Fed Pangkas Bunga Acuan 0,25%
Bank Sentral AS, The Federal Reserve memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini pada Rabu (30/10) waktu setempat. Pemangkasan bunga dilakukan guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di tengah perlambatan eknomi dunia.
Bunga acuan Bank Sentral AS (Fed Fund Rate) dipangkas 25 bps atau 0,25% menjadi ke kisaran 1,5% hingga 1,75%. The Fed juga mengisyaratkan tak akan ada lagi pemangkasan bunga acuan lebih lanjut kecuali jika ekononomi AS memburuk.
"Kami percaya bahwa kebijakan moneter dibutuhkan. Kami mengambil langkah ini untuk menjaga ekonomi tetap kuat dalam menghadapi perkembangan global dan mengantisipasi risiko yang sedang berlangsung," kata Ketua Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Kamis (31/10).
(Baca: Laba Anjlok, HSBC Bakal Restrukturisasi Bisnis dan PHK Besar-besaran)
Ia pun menyebut bunga acuan ke depat akan tetap selama kondisi ekonomi sesuai dengan prospek bank sentral.
Komentar Powell berbenturan dengan tuntutan Presiden Donald Trump yang menginginkan The Fed memangkas suku bunga lebih dalam lagi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III 2019 hanya mencapai 1,9% dibanding periode yang sama tahun lalu. Capaian ini jauh di bawah target 3% yang dijanjikan Trump dari insentif pemotongan pajak dan lainnya. tindakan hampir dua tahun lalu.
Namun, sikap The Fed menjaga ketahanan sekaligus mendorong ekonomi AS merupakan rekor terlama.
(Baca: Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok Bakal Diteken Lebih Cepat)
Dalam konferensi persnya, Powell menjabarkan alasan mengapa ia merasa ekonomi AS berjalan baik dan kemungkinan akan terus mempertahakan sikap kebijakan moneter saat ini. Menurut dia, belanja konsumen kuat, penjualan rumah, dan harga aset juga menguat tetapi masih dianggap sehat dan tak berlebihan.
Ia juga menyebut beberapa risiko yang dikhawatirkan para pejabat The Fed sehingga memutuskan untuk menurunkan bunga acuan sebagai antisipasi. Risiko tersebut yakni perang dagang AS dan Tiongkok yang sebenarnya sudah dekat dengan kesepakatan dan kesepakatan terkait Brexit.