BI Kembali Tahan Suku Bunga 6% dan Turunkan Giro Wajib Minimum Rupiah
(Baca: Ada Sentimen Perang Dagang, Bank Sentral AS Pertahankan Bunga Acuan)
Hal senada juga diutarakan oleh Analis Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistiyaningsih. "Kalau kami perkirakan BI akan tetap menahan suku bunga, The Fed kan tetap," katanya ketika dihubungi terpisah. Meskipun, BI sebelumnya memberikan sinyal akan menurunkan suku bunga acuan, namun data neraca dagang yang belum membaik membuat bank sentral harus menahan rencana itu.
Apalagi spread obligasi Indonesia dengan AS saat ini cukup lebar, menurut Lana, BI tak perlu menurunkan bunga acuan. "Kalau diturunkan, perbedaan suku bunga antara obligasi AS 10 tahun dengan obligasi Indonesia 10 tahun makin melebar," ucap dia.
Selain itu, jika suku bunga diturunkan, yield atau imbal hasil obligasi akan menurun, sedangkan harga obligasi akan meningkat dan menghilangkan ketertarikan investor pada obligasi Indonesia.
Karena itu, Lana menyarankan BI menunggu terlebih dahulu sambil melihat data dalam negeri. BI juga perlu menanti The Fed yang sudah memberi sinyal penurunan suku bunga acuannya. Adapun The Fed pada rapat komite pasar federal terbuka/Federal Open Market Committee (FOMC) semalam memberi sinyal akan menurunkan suku bunga sekitar 50 basis poin pada Juli nanti.
Lana menjelaskan, sinyal The Fed menurunkan suku bunga akan terjadi sebanyak dua kali pada tahun ini. Namun, jika BI akan ikut menurunkan suku bunga, penurunan ini belum tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Kalau tujuan BI meningkatkan ekonomi, tidak cukup penurunan dua kali, minimal empat kali atau balik lagi ke level 5%," tutup Lana.
(Baca: BI Diprediksi Tahan Suku Bunga, IHSG Dibuka Naik 0,11%)