Ekonomi Hanya Tumbuh 5%, Pemerintah Dinilai Kurang Maksimalkan Potensi

Agatha Olivia Victoria
14 Juni 2019, 19:24
Foto udara pemukiman dan gedung di Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (7/6/2019). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2019 dapat tumbuh mencapai 5,2 persen. Momentum Lebaran 2019 ia perkirakan ma
ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Foto udara pemukiman dan gedung di Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (7/6/2019). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2019 dapat tumbuh mencapai 5,2 persen. Momentum Lebaran 2019 ia perkirakan mampu memicu permintaan domestik yang kuat serta daya tarik investasi Indonesia yang semakin tinggi.

(Baca: Sri Mulyani Ungkap Strategi Jaga Pertumbuhan Ekonomi 5,3-5,6% di 2020)

Namun, ada pula pandangan kedua yang dilihat dari potensi Indonesia yang besar. Dengan potensi ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini bisa di atas 5,6%. Menurut Pieter, jika Indonesia ingin keluar dari middle income trap atau negara berpenghasilan menengah, ekonomi harus tumbuh hingga 6,8% selama beberapa tahun ke depan.

Dilihat dari perhitungan bonus demografinya, pertumbuhan ekonomi rata-rata minimal 7% agar Indonesia tidak malah berbalik terkena bencana demografi. "Bahkan, jika ingin lebih yakin lagi, rata-rata ekonomi kita harus tumbuh 8%," ujarnya.

Maka dari itu, Pieter menyarankan pemerintah jangan terlalu fokus pada asumsi makro saja. Namun, harus lebih menekankan kepada apa yang harus dipersiapkan dan terobosan apa yang harus dilakukan demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang luar biasa bukan "biasa-biasa" saja.

Sebelumnya, Anggota Komisi XI DPR RI Muhammad Sarmuji mengkritisi kinerja perekonomian Indonesia yang hingga sekarang belum beranjak dari kisaran 5%. Padahal, menurut dia Indonesia memiliki banyak kesempatan dalam meraih pertumbuhan ekonomi jauh di atas kisaran 5-5,2%.

(Baca: Perang Dagang Sengit, Jokowi Minta Pengusaha Jeli Lihat Peluang Ekspor)

Selain itu, Sarmuji juga mengatakan bahwa ketidakstabilan perekonomian lama kelamaan menggerus mental rakyat bahwa hal tersebut merupakan fakta yang harus diterima.

"Buruknya perekonomian global serta panasnya perang dagang AS-Tiongkok seharusnya menjadi fakta yang harus dihadapi, bukan diterima begitu saja. Mental ini yang harus diubah," ujar dia pada Rapat Kerja DPR Komisi XI di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (13/6).

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...