Bank Dunia Prediksi Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Melemah Tahun Ini

Rizky Alika
11 Juni 2019, 12:20
proyeksi pertumbuhan ekonomi, bank dunia, perang dagang AS-Tiongkok
Katadata | Arief Kamaludin
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik sebesar 6% pada 2019 dan 2020, melemah dari 6,3% pada 2018.

Sementara, prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara kecil di Asia Timur dan Pasifik tetap baik. Proyek infrastruktur besar diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan Laos dan Mongolia. Kemudian, pertumbuhan Kamboja diproyeksikan akan tetap kuat, meskipun melambat dibanding dengan 2018 karena permintaan eksternal yang lebih lemah dari perkiraan.

Adapun, kebijakan fiskal ekspansif diharapkan akan mendorong pertumbuhan di Myanmar dalam jangka pendek. Sementara, reformasi struktural di Myanmar diharapkan akan mendukung pertumbuhan dalam jangka menengah.

Di Papua Nugini, pertumbuhan ekonominya diperkirakan akan meningkat pada tahun ini, sejalan dengan pulihnya negara itu dari bencana gempa bumi pada 2018. Sementara pertumbuhan di Fiji diproyeksikan akan terus meningkat, meskipun dengan kecepatan yang sedang karena upaya rekonstruksi hampir selesai setelah terjadinya topan tropis beberapa waktu lalu.

Meskipun prospek ekonomi untuk Asia Timur dan Pasifik umumnya tetap positif, Bank Dunia mengingatkan kawasan tersebut menghadapi tekanan yang meningkat sejak 2018 dan bisa berdampak buruk. "Ketidakpastian masih berlanjut akibat perlambatan di negara maju, kemungkinan perlambatan yang lebih cepat di Tiongkok, dan ketegangan perdagangan yang belum terselesaikan,” kata World Bank Acting Chief Economist for the East Asia and Pacific Andrew Mason.

Karena itu, ia mengingatkan pentingnya pengelolaan secara aktif atas tantangan tersebut. Dalam jangka pendek, Bank Dunia mengatakan perlunya penguatan penyangga, termasuk membangun kembali cadangan internasional yang diambil untuk mengelola gejolak nilai tukar pada 2018.

(Baca: Para Pejabat Keuangan G20 Tak Akan Bahas Penyelesaian Perang Dagang)

Selain itu, kebijakan moneter juga perlu disesuaikan agar lebih netral karena risiko arus keluar modal telah berkurang. Sementara dalam jangka menengah, reformasi struktural dinilai penting untuk meningkatkan produktivitas, mendorong daya saing, menciptakan peluang yang lebih baik untuk sektor swasta, dan memperkuat modal manusia.

Bank Dunia juga menyoroti perlunya investasi berkelanjutan pada program bantuan sosial dan asuransi untuk melindungi mereka yang paling rentan. Saat ini, negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik memiliki cakupan bantuan sosial terendah bagi 20% penduduk termiskin dibandingkan wilayah berkembang lainnya.

Laporan ini juga menekankan pentingnya negara-negara di Kepulauan Pasifik memastikan keberlanjutan utang dengan meningkatkan manajemen utang, kualitas belanja, dan membangun ruang fiskal. 

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...