Inflasi April 0,44%, Tertinggi Sejak 2008

Rizky Alika
3 Mei 2019, 21:56
Pedagang bawang putih di Pasar Lhokseumawe, Aceh, Jumat (12/5).
Antara
Ilustrasi, inflasi bulanan pada April 2019 mencapai angka 0,44%. Salah satu penyebab kenaikannya karena lonjakan harga bawang putih.

(Baca: Jelang Ramadan, Pemerintah Jaga Stok Pangan, BBM, dan Transportasi)

Setali tiga uang, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga menyebutkan peningkatan inflasi lantaran perubahan cuaca sehingga musim panen mundur dari pola biasanya. Selain itu, kenaikan inflasi juga disebabkan oleh harga tiket pesawat yang masih mahal.

Perry menilai peningkatan inflasi di April kemarin hanya faktor musiman, baik karena cuaca maupun menjelang Ramadan sehingga permintaan bahan makanan meningkat. Inflasi tersebut diperkirakan dapat kembali rendah. "Akan mengarah ke 3,1% dari titik tengah sasaran 3,5%" ujar dia.

Selain itu, BI bersama dengan pemerintah pusat dan daerah akan terus memantau harga pangan dan harga yang diatur oleh pemerintah (administered price). Hal ini seiring dengan upaya penguatan koordinasi antara pemerintah dengan Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).

Panen Padi Donang Wahyu | KATADATA
Panen Padi Donang Wahyu | KATADATA (Panen Padi Donang Wahyu | KATADATA)

Inflasi Mei-Juni 2019 Berpotensi Tinggi

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebutkan, kenaikan bahan makanan yang cukup signifikan pada April lalu bukan hanya karena faktor musiman. Menurut dia, ada permasalahan pasokan bahan makanan, khususnya bawang putih yang berkaitan dengan terlambatnya impor.

Selain itu, pasokan bawang merah juga perlu diantisipasi karena kendala cuaca. Di sisi lain, kendala produksi pangan di daerah yang rawan bencana juga berpengaruh terhadap kenaikan harga. Harga tiket pesawat juga terus memberikan andil terhadap inflasi sejak awal tahun ini.

Bhima memperkirakan, inflasi Mei-Juni berpotensi lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun, inflasi pada Mei dan Juni 2018 secara berturut-turut sebesar 0,21% dan 0,59%.

Karena itu, ia menyarankan pemerintah untuk menyiasati inflasi dengan manajemen pasokan dan pengendalian pola distribusi. "Pemerintah perlu memastikan stok beras di Bulog memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun," ujarnya.

Selain itu, pemerintah perlu memetakan dan melakukan operasi pasar di daerah yang mengalami keterlambatan panen karena cuaca dan bencana. Memperbarui data kebutuhan dan produksi pangan secara berkala juga dinilai penting sehingga kelangkaan stok di beberapa daerah dapat diatasi.

Kepala daerah juga harus lebih berperan untuk mengkoordinasikan pengadaan bahan makanan dengan daerah lain. Misalnya, stok daging sapi dari Nusa Tenggara Barat (NTB) bisa didistribusikan ke Jawa Timur. Dengan cara ini pasokan menjadi merata. "Kepala daerah harus lebih pro aktif," kata Bhima.

Faktor lain yang perlu diperhatikan ialah harga minyak mentah. Sebab, harga minyak mentah masih fluktuatif di atas US$ 70 per barel. Imbasnya, menurut Bhima, ada potensi kenaikan harga BBM non subsidi, yaitu Pertamax dan Pertalite. Tekanan inflasi harga yang diatur pemerintah masih membayangi sepanjang tahun ini.

(Baca: Pemerintah Diminta Untuk Antisipasi Lonjakan Konsumsi di Bulan Ramadan)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...