Tiga Bulan Bunga Acuan BI Tetap 6%, Adakah Peluang Diturunkan?

Rizky Alika
21 Februari 2019, 21:13
Uang rupiah
Arief Kamaludin|Katadata

Namun, ia menjelaskan, perundingan dagang antara AS dan Tiongkok masih berlangsung dan belum menunjukkan arah positif. Meskipun, ia melihat adanya peluang besar perundingan berbuah positif. Jika tidak, mata uang dunia berisiko kembali mengalami volatilitas termasuk rupiah.

Selain itu, bunga acuan dapat diturunkan bila defisit transaksi berjalan dapat diyakini di bawah batas aman 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit transaksi berjalan tercatat telah tiga kuartal berturut-turut menembus 3% PDB sehingga secara keseluruhan tahun lalu defisit mencapai 2,98% PDB. 

Namun, ia melihat defisit transaksi berjalan masih akan berada dalam posisi yang mengkhawatirkan. Sebab, data neraca perdagangan barang masih cukup besar, yaitu US$ 1,16 miliar pada Januari 2019, melebar dibandingkan periode Desember 2018 sebesar US$ 1,03 miliar.

(Baca: BI: Dampak Kenaikan Bunga ke Pertumbuhan Ekonomi Baru pada 2020)

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga menilai usulan penurunan bunga acuan yang sempat disuarakan Jusuf Kalla sebagai usulan yang tidak tepat diterapkan sekarang. Sebab, kondisi ketidakpastian global masih tinggi. "Kondisi global masih banyak uncertainty," kata dia.

Bila kembali terjadi gejolak di global, investor global akan menghindari negara dengan defisit transaksi berjalan yang besar. Saat hal tersebut terjadi, Indonesia berpotensi kembali terpukul lantaran tidak diminati oleh investor asing.

Maka itu, ia menilai pemerintah dan BI perlu fokus menurunkan defisit transaksi berjalan dibandingkan melonggarkan kebijakan moneter.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...