Defisit Neraca Dagang Berlanjut, Kurs Rupiah Melemah Jadi 14.100/US$

Martha Ruth Thertina
15 Februari 2019, 12:26
Uang rupiah
Arief Kamaludin|Katadata

Nilai tukar rupiah terus melemah sejak awal pekan ini hingga kembali menembus level 14.100 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan di pasar spot, Jumat (15/2). Pelemahan pada Jumat ini terjadi di tengah rilis data neraca dagang yang masih mengalami defisit besar pada Januari 2019.

Saat berita ini ditulis, nilai tukar rupiah berada di level 14.117 per dolar AS, melemah 0,2% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Bila ditotal sejak awal pekan ini maka pelemahan mencapai 1,16%. Dengan perkembangan ini, maka penguatan rupiah secara tahunan atau year to date tergerus menjadi 1,89%, dari sempat menyentuh 3%.

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca dagang defisit sebesar US$ 1,16 miliar Pada Januari 2019. Defisit ini lebih besar dibandingkan Desember 2018 yang sebesar US$ 1,03 miliar, nyaris dua kali lipat defisit pada Januari 2018 yang sebesar US$ 677 juta, dan berbanding terbalik dengan kondisi Januari 2015-2017 yang mencatatkan surplus.  

(Baca: Faisal Basri Ungkap Faktor yang Membayangi Pelemahan Rupiah)

Meski begitu, rupiah tidak melemah sendirian di Asia. Ini menunjukkan adanya faktor global yang juga memengaruhi sentimen terhadap mata uang Asia. Won Korea Selatan melemah 0,27% dibandingkan penutupan hari sebelumnya, begitu juga dengan ringgit Malaysia dan rupee India yang melemah masing-masing 0,16% dan 0,15%.

Dolar Taiwan, yuan Tiongkok, dolar Singapura, dolar Hong Kong, dan peso Filipina juga melemah meski tipis kurang dari 0,1%. Sementara itu, yen Jepang dan baht Thailand menguat masing-masing 0,16% dan 0,05%.

Mengutip Reuters, yen sebagai mata uang safe haven menguat setelah dirilisnya data penjualan retail AS yang anjlok ke level terendahnya sejak September 2009. “Data penjualan retail yang lemah telah mendorong kembali pandangan bahwa bank sentral AS akan cenderung menahan bunga acuannya tahun ini,” kata Chief Operating Officer Rakuten Securities Australia Nick Twidale, Jumat (15/2).

(Baca: Faisal Basri Soroti Impor Pangan & Baja Penyebab Defisit Neraca Dagang)

Di sisi lain, investor juga masih mencermati pembicaraan dagang tingkat tinggi yang tengah berlangsung antara AS dan Tiongkok. Ketatnya negosiasi antarkedua belah pihak ditambah kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi global membuat investor yang grogi memilih menempatkan dananya dalam safe haven dolar AS.  

Maka itu, indeks dolar AS yang menunjukkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang mitra dagang utamanya, masih cenderung kuat. Indeks dolar AS telah kembali bertengger ke level 97, setelah sempat turun ke level 95.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...