Rupiah Tembus Level 13.000/US$, Darmin Menilai Masih Terlalu Murah
Namun, Kunta memastikan akan terus mengawasi asumsi rupiah sesuai dengan APBN 2019. Kemenkeu akan terus menghitung rata-rata pergerakan rupiah hingga akhir tahun. "Jadi kami tidak bisa mengatakan sekarang menguat, terus (dampaknya) seperti apa. Tapi kami akan pantau terus," ujarnya.
(Baca: Rupiah Terus Menguat di Tengah Melemahnya Sederet Mata Uang Asia)
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut aliran masuk dana asing ke saham, surat utang pemerintah, dan surat utang swasta mencapai Rp 19,2 triliun sejak awal tahun ini sampai 24 Januari 2019. Hal ini menjadi salah satu faktor penyokong penguatan rupiah.
Selain itu, sederet kebijakan domestik turut menyokong rupiah, termasuk kebijakan di bidang ekspor-impor yang bertujuan memperbaiki neraca dagang sehingga pasokan dan permintaan valuta asing (valas) lebih seimbang. Tidak hanya itu, Perry menilai penguatan rupiah juga disokong oleh pengembangan pasar valas domestik.
Saat ini, sudah ada pasar spot, swap, dan pasar valas berjangka Domestic Non Deliverable Forward (DNDF). Ke depan, rupiah diperkirakan masih akan stabil bahkan cenderung menguat
(Baca: Pimpin Penguatan Mata Uang Asia, Rupiah Sentuh Level Rp 13.985/US$)