Debat Usai, Pemerintah dan DPR Sepakati Asumsi Makro RAPBN 2019
Gelagat penurunan target pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah sebenarnya sudah terlihat secara implist dalam rapat sebelumnya. Sri Mulyani menyatakan pemerintah melihat potensi pertumbuhan ekonomi 5,4 – 5,8 persen pada 2019. Meski begitu, dia mengakui adanya kecenderungan pencapaiannya lebih mendekati kisaran bawah potensi tersebut.
“Ya akan lebih mendekat ke lower. Pada finalnya kami akan sampaikan di nota keuangan,” kata Sri usai memberikan paparan kepada anggota DPR, Kamis pekan lalu. Angka terbawah potensi pertumbuhan ekonomi 2019 tersebut sama dengan target tahun ini 5,4 persen. (Baca: Sri Mulyani Prediksi Laju Ekonomi 2019 Tak Capai Potensi Maksimal 5,8%).
Kesepakatan asumsi makroekonomi pemerintah dan Komisi Anggaran DPR
Indikator | Asumsi |
Pertumbuhan ekonomi | 5,2 – 5,4 % |
Inflasi | 2,5 – 4,5 % |
Nilai tukar rupiah per dolar Amerika | Rp 13.700 – 14.000 |
Suku Bunga SPN 3 Bulan | 4,6 – 5,2 % |
Tingkat pengangguran terbuka | 4,8 – 5,2 % |
Tingkat kemiskinan | 8,5 – 9,5 % |
Rasio gini | 0,38 – 0,39 |
Indeks pembangunan manusia | 72,98 |
Sementara Perry menyatakan bahwa kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Fed Fund Rate, masih ada tahun depan. Akibatnya, pada 2019, kemungkinan masih ada gejolak pada nilai tukar rupiah akibat kebijakan tersebut. Karenanya, dia menyepakati bila posisi rupiah akan berada pada Rp 13.700 – 14.000 per dolar Amerika, rentangan yang dinilai sudah merefleksikan faktor negatif dan positif bagi kurs.
Pemerintah dan bank sentral pun memprediksi inflasi pada tahun depan akan bergerak pada level 2,5 – 4,5 persen. Sementara suku bunga SPN 3 bulan 4,6 – 5,2 persen. (Baca juga: Serangan Baru Perang Dagang Amerika yang Mengancam Ekonomi Dunia).