Pemerintah Diminta Waspadai Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat

Miftah Ardhian
14 Agustus 2017, 18:09
turis domestik
ANTARA FOTO/R Rekotomo
Wisatawan domestik berfoto di lokasi wisata Bukit "Love" Pulau Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Rabu (5/4).

"Selain itu, ada informasi yang belum tertangkap dari perilaku konsumsi di sektor e-commerce," ujar Firman.  (Baca: Pemerintah Bakal Genjot Belanja untuk Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,2%)

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2017 tumbuh 4,95% year on year (yoy). Angka ini juga tumbuh jika dibandingkan dengan konsumsi triwulan I-2017 sebesar 4,94%. Namun, mengalami sedikit perlambatan jika dibandingkan Triwulan II-2016 sebesar 5,07%.  "Saya bilang ini (konsumsi rumah tangga) masih kuat dan tidak ada indikasi penurunan daya beli," ujarnya.

Suhariyanto menyebut menurut Bank Dunia (World Bank) masyarakat Indonesia terbagi menjadi 3 kelas yakni 40% terbawah, 40% menengah, dan 20% teratas.

Dia mengatakan masyarakat menengah dan atas cenderung menahan konsumsinya, tetapi tidak mengalami penurunan daya beli. Apalagi, terdapat pengalihan pola konsumsi ke belanja online.

Namun, dirinya tidak memungkiri adanya penekanan pendapatan di beberapa masyarakat 40% terbawah. BPS mencatat, upah petani memang mengalami kenaikan dalam jumlah nominal. Namun, secara rill nya mengalami penurunan.

Suhariyanto menjelaskan, kenaikan jumlah upah petani dan upah buruh bangunan tidak mampu mengkompensasi kenaikan inflasi. Dengan demikian, ada beberapa sektor yang memang mengalami perlambatan konsumsi tapi secara keseluruhan tidak bisa disebut sebagai penurunan daya beli.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...