Investasi Tak Ampuh Lagi Topang Pertumbuhan Ekonomi Sejak 2014
Eko mengatakan, pemerintah perlu meningkatkan investasi berdaya saing dan yang menyerap tenaga kerja. Salah satu penghambat investasi adalah birokrasi. “Kepala daerah selalu meminta tambahan dana dari investor, itu hal yang banyak diketahui,” katanya.
Postur Anggaran Riset di Beberapa Negara (% terhadap PDB)
Negara | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | 2015 |
Indonesia | 0,1 | 0,1 | 0,2 | 0,2 | 0,3 |
Korea Selatan | 3 | 3,6 | 3,6 | 3,6 | 4,04 |
Cina | 1,5 | 1,8 | 1,9 | 2 | 2 |
Singapura | 2,6 | 2,6 | 2,6 | 2,7 | 2,6 |
Malaysia | 0,7 | 0,8 | 0,8 | 0,8 | 1,1 |
Amerika Serikat | 2,8 | 2,8 | 2,8 | 2,8 | 2,8 |
Jepang | 3,4 | 3,4 | 3,4 | 3,4 | 3,4 |
Sumber: 2014 dan 2016 Global R&D Funding Forecast
Pemerintah juga perlu meningkatkan kesiapan teknologi dan kapasitas berinovasi, guna mendorong peran investasi bagi perekonomian. Ekonom INDEF Ahmad Heri Firdaus mengatakan, Indonesia lebih dikenal sebagai negara pengimpor teknologi.
Akibatnya, industri di dalam negeri memiliki ketergantungan impor teknologi sehingga biaya menjadi lebih mahal dan tidak efisien. Kondisi ini bahkan tak didukung oleh anggaran riset untuk inovasi teknologi yang masih rendah.
Hal ini kemudian menurunkan daya saing Indonesia. Pada 2014 dan 2015, peringkat daya saing Indonesia di urutan 34 dan 37. Saat ini, hanya pada level 41. Posisi Indonesia di bawah Singapura yang di peringkat ke-2, Malaysia 25, dan Thailand 34. Indonesia hanya unggul dari Filipina di level 57.