Penerimaan Negara Seret akibat Corona, Ditjen Pajak Susun Strategi

Agatha Olivia Victoria
22 April 2020, 20:17
Seorang pengunjung mengambil gambar tanda pemberitahuan penghentian pelayanan pajak langsung sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 di depan pintu masuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Dumai di Dumai, Riau, Senin (16/3/2020).
ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid /foc.
Ilustrasi. Penerimaan pajak hingga Maret baru mencapai 20,84% dari target Perpres 54 tahun 2020 sebesar Rp 659,6 triliun.

"Tentunya untuk memastikan bahwa tidak terjadi upaya tax avoidance atau moral hazard di tengah kondisi pandemic ini," tutupnya.

Tekanan pada kinerja penerimaan pajak saat ini terutama berasal pajak penghasilan migas yang terkontraksi 28,57%. PPh migas yang berhasil terkumpul pada kuartal I 2020 hanya mencapai Rp 10,34 triliun. 

(Baca: Pemerintah Tambah 18 Sektor Riil yang akan Mendapatkan Insentif Pajak)

Penerimaan PPh nonmigas pada tiga bulan pertama tahun ini juga turun sebesar 3,04% menjadi Rp 137,47 triliun. Kontraksi terutama terjadi pada PPh Pasal 22 sebesar 5,98% dan PPh Pasal 25/29 sebesar 18,94%.

Adapun PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi menunjukkan kontraksi paling dalam mencapai 52,23%. Ini akibat kebijakan relaksasi batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 2019 yang mundur dari akhir Maret menjadi akhir April 2020.

Selain itu, pajak-pajak atas impor secara umum turut menyusut 8,08%. PPh Pasal 22 Impor dan PPN Impor masing-masing mencatatkan penurunan sebesar 8,51% dan 8,72% sedangkan PPnBM Impor masih berhasil tumbuh 30,73%

Di sisi lain, kinerja Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah berhasil tumbuh 2,47% mencapai Rp 91,97 triliun. Selain itu, Pajak Bumi dan Bangunan juga nakikk 6,7% menjadi Rp 1,83 triliun.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...