Kabar Buruk Pemulihan Ekonomi di Balik Surplus Neraca Perdagangan

Agustiyanti
15 September 2020, 20:39
surplus neraca perdagangan, neraca perdagangan, ekspor dan impor, pemulihan ekonomi nasional
123RF.com/Cheangchai Noojuntuk
Ilustrasi. Neraca perdagangan pada Januari-Agustus 2020 surplus US$ 11,05 miliar.

Sri Mulyani  juga menegaskan PSBB DKI kali ini berbeda dengan yang terjadi pada kuartal II 2020 lantaran pengetatan hanya dilakukan di beberapa pusat penyebaran Covid-19, terutama perkantoran. 

PSBB Jakarta Jilid 2
Pusat perbelanjaan tetap buka meski Pemda DKI kembali memperketat PSBB sejak Senin (14/9). (Adi Maulana Ibrahim|Katadata)

Sri Mulyani pun tak mengubah signifikan proyeksi ekonomi tahun ini yang berada pada rentang minus 1,1% hingga tumbuh 0,2%. "Namun kami siapkan kemungkinan ekonomi tumbuh paling rendah atau negatif 1,1% karena ada PSBB seperti yang terjadi di DKI," kata Sri Mulyani dalam konferensi video, Selasa (15/9).

Pemerintah masih memproyeksikan ekonomi pada kuartal tiga minus 2,1% hingga 0%. Namun, Sri Mulyani tak menampik ada potensi ekonomi kuartal III terkontraksi lebih dalam dari prediksi. 

Ekonomi pada kuartal keempat masih diproyeksi tumbuh 0,4%-3,1%. Kendati demikian, proyeksi ini bergantung pada pengelolaan dan pencegahan kenaikan kasus pandemi di Indonesia terutama di delapan provinsi.

Pemerintah juga tak memiliki rencana untuk menambah anggaran bantuan sosial menyikapi PSBB jilid II ini. Namun, pihaknya pun akan terus memonitor perkembangan PSBB. 

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menilai PSBB DKI Jakarta akan berpengaruh besar pada perekonomia nasional lantaran kontribusinya yang signifikan. "Tetapi kami belum bisa mengukur dampaknya terhadap ekspor dan impornya," kata Suhariyanto dalam konferensi pers. 

Suhariyanto menjelaskan penurunan ekspor pada Agustus  terjadi pada seluruh sektor. Ekspor migas tercatat turun sebesar 9,94% dibandingkan bulan sebelumnya atau 27,45% dibandingkan Juli 2019 menjadi 0,61 miliar. 

Sektor pertanian yang beberapa bulan terakhir meningkat juga menurun sebesar 2,37% dibandingkan Juli menjadi US$ 0,34 miliar. Namun dibandingkan Juli 2019, ekspor pertanian masih tercatat tumbuh 1,04%. "Beberapa ekspor pertanian yang mengalami penurunan yakni tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempat. Ekspor tembakau hingga kepiting juga menurun," katanya.

Ekspor industri pengolahan juga tercatat turun 4,91% secara bulanan atau 4,52% dibandingkan Juli 2019 menjadi US$ 10,73 miliar. Ekspor sektor pertambangan juga turun 0,28% dibandingkan bulan lalu atau anjlok 24,78% menjadi US$ 1,39 miliar.

Disisi lain, impor pada bulan lalu yang meningkat dibandingkan Juli didorong oleh impor nonmigas yang naik 3,01% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 9,879 miliar. Meski dibandingkan periode yang sama tahun lalu, impor tersebut masih anjlok sebesar 21,9%. Sedangkan impor migas masih turun 0,08% dibandingkan bulan sebelumnya atau anjlok 41,75% dibandingkan Juli 2020 menjadi US$ 0,95 miliar.  

Peningkatan impor terjadi pada barang golongan besi dan baja senilai US$89,2 juta yang naik mencapai 23,31%, sedangkan penurunan impor terbesar terjadi pada golongan barang kapal, perahu, dan struktur terapung mencapai 40,96% menjadi US$60,8 juta. 

Seiring kinerja ekspor dan impor tersebut, neraca perdagangan pada Agustus kembali surplus US$ 2,33 miliar.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...