Ekonomi Jakarta Resesi, Tingkat Penganggurannya Tertinggi di Indonesia

Agustiyanti
5 November 2020, 15:33
Kendaraan melaju di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (11/6/2020). Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Yamora Siregar memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2020 akan anjlok hingga minus 3 - 4 persen dampak Pe
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Kendaraan melaju di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (11/6/2020). Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Yamora Siregar memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2020 akan anjlok hingga minus 3 - 4 persen dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan di berbagai daerah sejak beberapa bulan terakhir.

"Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar transisi yang diberlakukan sejak bulan Juni 2020 memungkinkan ekonomi Jakarta menggeliat sehingga memberikan peluang bagi sektor-sektor produktif," katanya.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan sektor jasa makanan dan minuman terpukul paling dlaam akibat PSBB jilid II yang dilakukan Pemda DKI Jakarta. Kebijakan tersebut menekan angka kunjungan ke restoran di ibu kota hingga menjadi 19% dari kunjungan normal.

Namun di sisi lain, survei yang dilakukan pihaknya menunjukkan kunjungan ke restoran ke daerah sekitar Depok, Tangerang, dan Tangerang Selatan dalam satu minggu justru meningkat setelah PSBB jilid II. Angka kunjungan ke restoran di Tangerang Selatan naik hingga 59% usai PSBB II.

DKI Jakarta sempat kembali memperketat PSBB pada 10 September hingga 11 Oktober 2020. Ekonom INDEF Eko Listiyanto sebelumnya mengatakan PSBB jilid II ini akan memberikan tekanan lebih besar pada perekonomian Jakarta maupun nasional.

BPS mencatat perekonomian nasional pada kuartal III 2020 negatif 3,49%, lebih buruk dari prediksi pemerintah yang minus 2,9%. Perekonomian Jakarta berkontribusi sekitar 17% dari total perekonomian nasional.

Tingkat Pengangguran Tertinggi 

BPS  juga mencatat tingkat  pengangguran  terbuka  untuk wilayah Jakarta pada  Agustus  2020 mencapai 10,95 persen, tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia. Angka ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan TPT nasional yang mencapai 7,07%. 

Adapun TPT tersebut  setara dengan 572.780 orang. Jumlah ini naik  4,41  persen  atau  bertambah 233.378 orang. BPS menyebut, pandemi  Covid-19  menjadi  salah satu  faktor  penyebab  kenaikan  tingkat pengangguran  di  Ibu  Kota. 

"Sebanyak 175.890 pengangguran disebabkan karena Covid-19. Mereka berhenti bekerja karena perusahaannya  terdampak  Covid-19  atau  pemberlakuan  kebijakan  Pembatasan Sosial Berskala Besar," kata lembaga tersebut. 

Selama  periode  pandemi,  sektor formal  kehilangan  453.295  pekerja  tetapi hanya  259.597  pekerja  mampu  diserap oleh  sektor  informal.  Akibatnya,  193.698 orang kehilangan pekerjaan. 
 
Implikasi pandemi bukan saja terjadi terhadap pengurangan tenaga kerja, tetapi juga mempengaruhi produktivitas pekerja. Sebanyak  1.673.028  pekerja  mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...