Rupiah Menguat dan Inflasi Rendah, BI Pangkas Bunga Acuan Jadi 3,75%
Sementara itu, ekonomi pada kuartal ketiga 2020 membaik, tercermin pada pertumbuhan sebesar 5,05% secara kuartalan dari kontraksi 4,19% secara kuartalan pada kuartal II. Kontraksi yang masih terjadi secara tahunan pada kuartal III juga menurun dari 5,32% menjadi 3,49%.
"Perbaikan ekonomi domestik akan terus berlanjut tercermin pada perkembangan positif sejumlah indikator pada Oktober 2020, seperti mobilitas masyarakat, penjualan eceran nonmakanan dan online, PMI Manufaktur, serta pendapatan masyarakat," katanya.
Selain menurunkan bunga, Perry mengatakan BI juga akan menempuh sejumlah langkah-langkah untuk mendorong ekonomi dan menjaga stabilitas keuangan. Pertama, melanjutkan kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah. Kedua, memperkuat strategi operasi moneter untuk mendukung stance kebijakan moneter akomodatif. Ketiga, mempercepat pengembangan pasar valas domestik.
Keempat, melanjutkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif melalui rasio countercyclical buffer, rasio intermediasi makroprudensial, rasio penyangga likuiditas makroprudensial, serta Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit/pembiayaan properti sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat ini.
Kelima, memperkuat kebijakan makroprudensial untuk mendorong pembiayaan inklusif, khususnya kepada UMKM. Keenam, memperkuat digitalisasi sistem pembayaran. Ketujuh, mendukung pemulihan ekonomi melalui kebijakan sistem pembayaran.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga seiring inflasi yang rendah dan rupiah yang stabil dan cenderung menguat. Namun, menurut dia, penurunan bunga belum akan mendorong permintaan kredit yang tengah lesu.
"Permintaan kredit baru akan meningkat jika kepercayaan masyarakat sudah meningkat. Namun, penurunan suku bunga akan membantu meringankan beban sektor riil ke depannya," katanya.
Penurunan bunga, menurut dia, saat ini dibutuhkan untuk mengurangi tekanan bagi nasabah UMKM yang ingin mengajukan tambahan pinjaman ke depan dengan bunga kredit yang lebih murah.
Sementara itu, Ekonom Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi juga menilai, penurunan bunga tak akan efektif mendorong pertumbuhan kredit perbankan yang diharapkan mengungkit ekonomi. Saat ini, masalah penyaluran kredit ada pada permintaan yang masih lemah. "Kebijakan moneter memang ada batasnya karena sifatnya lebih memfasilitasi pertumbuhan," katanya.
BI mempertahankan suku bunga acuan sejak Juli setelah memangkas sebesar 2% pada sepanjang semester pertama 2020, terlihat dalam databoks di bawah ini.