Belanja Pemerintah Awal Tahun Melonjak, Defisit APBN Tembus Rp 45,7 T
Dengan defisit Rp 45,7 triliun, keseimbangan primer tercatat minus Rp 21 triliun. Pembiayaan anggaran mencapai Rp 165,9 triliun, naik 140,7% dari Rp 68,9 triliun pada Januari 2020 didukung tren positif pasar keuangan serta aliran modal dan investasi asing. Dengan demikian, sisa lebih pembiayaan anggaran tercatat Rp 120,2 triliun. "Ini juga merupakan sisa dari tahun lalu," ujar Sri Mulyani.
Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam menilai, belanja pemerintah pusat belum bisa membantu pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021. Pengeluaran pemerintah selama periode ini lebih banyak ditujukan untuk menanggulangi pandemi seperti pengadaan vaksin, pelaksanaan vaksinasi, serta membantu masyarakat dan dunia usaha terdampak pandemi.
Selama pandemi masih berlangsung dan kasus masih tinggi, perekonomian belum bisa berjalan normal. "Belum lagi pemerintah masih menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyrakat," ujar Piter kepada Katadata.co.id, Senin (23/2).
Dengan kebijkaan tersbeut, pertumbuhan ekonomi terutama pada triwulan pertama tahun ini masih akan terbatasibahkan negatif. Maka dari itu pemulihan ekonomi dinilai ia baru bisa berjalan ketika pandemi sudah mereda.
Kementerian Kesehatan mencatat kasus baru Covid-19 pada Senin (22/2) sebanyak 10.180. Sehingga total orang yang terinfeksi virus corona mencapai 1.288.833. Dari tambahan kasus Covid-19, sebanyak 37,44% atau 3.812 berasal dari Jawa Barat. Angka tersebut naik tiga kali lipat dari hari sebelumnya yang mencapai 1.021 orang.