Nilai Ekspor Indonesia April 2021 Cetak Rekor Tertinggi dalam 10 Tahun

Agatha Olivia Victoria
20 Mei 2021, 14:50
ekspor, neraca perdagangan, bps
ANTARA FOTO/Teguh prihatna/Lmo/rwa.
Ilustrasi. Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 18,48 miliar pada April 2021.

Secara bulanan, ekspor industri pengolahan ditopang oleh pengiriman besi baja, barang perhiasan dan barang berharga, kimia dasar organik dari pertanian, serta televisi dan perlengkapannya.

Kemudian, ekspor di sektor pertambangan sebesar US$ 2,27 miliar, naik 2,33% secara bulanan dan 47,02% secara tahunan. Kenaikan secara bulanan terjadi lantaran tingginya ekspor bijih tembaga dan bahan mineral lainnya.

Berdasarkan barang HS 2 digit, komoditas dengan nilai ekspor yang naik paling tinggi yakni besi dan baja US$ 246,2 juta, logam mulia perhiasan/permata US$ 177,2 juta, bijih terak dan abu logam US$ 108,2 juta, timah dan barang dari timah US$ 47,5 juta, serta mesin dan perlengkapan elektrik US$ 31,2 juta.

Untuk penurunan nilai ekspor paling besar terjadi pada lemak dan minyak hewan nabati US$ 398,3 juta, pakaian dan aksesorisnya dari rajutan US$ 73,4 juta, pakaian dan aksesoris bukan rajutan US$ 66,4 juta, bahan bakar mineral US$ 44,1 juta, serta mesin dan peralatan mekanis US$ 38,5 juta.

Tiongkok Tujuan Utama Ekspor RI

Suhariyanto menyebutkan, Tiongkok masih menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia. "Kemudian disusul Amerika Serikat dan Jepang," ujar dia.

Ekspor ke Tiongkok meningkat paling besar pada April 2021 jika dibanding bulan sebelumnya. Kenaikannya mencapai US$ 201,2 juta. Negara tujuan ekspor yang nilainya cukup besar lainnya adalah Swiss, Korea Selatan, Taiwan, dan Malaysia.

Sedangkan penurunan ekspor terbesar terjadi ke India. Realisasinya di US$ 123,8 juta. Kondisi ini terjadi karena Negeri Bollywood yang sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19. Penurunan ekspor terbesar selanjutnya terjadi ke Italia, Bangladesh, Jepang, dan Belanda.

Secara kumulatif dari Januari hingga Mei 2021, Suhariyanto menyampaikan total ekspor RI mencapai US$ 67,38 miliar, naik 24,96% dari US$ 53,92 miliar pada periode yang sama tahun lalu. "Ini menunjukkan proses pemulihan ekonomi berjalan sesuai yang kita harapkan," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis lonjakan harga komoditas akan membantu percepatan pemulihan ekonomi domestik. "Lonjakan harga ini membantu kita pulih lebih cepat," kata Airlangga pada Rabu pekan lalu.

Komoditas yang mengalami lonjakan harga adalah nikel, minyak sawit mentah, karet, tembaga, dan emas. Kenaikan tersebut juga seiring meningkatnya permintaan global.

Karena itu, Airlangga berharap Indonesia dapat mengoptimalkan tingginya harga komoditas dengan hilirisasi. "Sehingga dapat membantu pertumbuhan yang lebih berkelanjutan," kata dia.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...